Rabu, 27 Februari 2013

goyangan ibu kost ku

bu Intan memiliki tubuh yang lumayan. Aku dan kedua kakak kelasku sering mengintipdia apabila sedang mandi. Kadang kami juga sering mencuri-curi pandang ke pahamulusnya apabila kami dan Ibu nonton tivi bareng. Ibu Intan sering memakai rokapabila dirumah sehingga kadang-kadang secara tidak sadar sering menyingkapkanpaha putihnya yang mulus. Ibu Intan memiliki tinggi kurang lebih sekitar 160 cm denganbodinya yang langsing dan putih mulus serta payudara yang indah tapi tak terlalu besar..Ibu Intan memiliki wajah yang lumayan imut ,putih bersih mirip Bintang film dansinetron Yatty Octavia....Dia sangat baik kepada kami, apabila dia menagih uang listrik dan uang telepon diameminta dengan sopan dan halus sehingga kami merasa betah tinggal di rumahnya.Pada suatu malam ...., kebetulan kedua kakak kelasku lagi ada tugas lapangan yangmembuat mereka mesti tinggal di sana selama sebulan penuh. Sedangkan anak BuIntan yang bernama Devi lagi tinggal bersama kakeknya selama seminggu. Praktis yangtinggal di rumah itu cuma aku dan Ibu Intan, sedangkan Bi Ana pembantu bu Intantinggal di sebuah rumah kecil di halaman belakang yang terpisah dari rumah utama yangdikost-kan. Malam itu kepalaku sedikit pusing akibat tadi siang di kampus ada ujianKalkulus. Soal ujian yang sulit dan penuh dengan hitungan yang rumit membuatkepalaku sedikit mumet. Untuk menghilangkan rasa pusing itu, malamnya aku memutarbeberapa film bokep yang kupinjam dari teman kuliahku."Lumayan lah, mungkin bisa ngilangin pusingku", pikirku.Aku memang biasa nonton bokep di komputerku di kamar kosku apabila kepala pusingkarena kuliah.Pada saat piringan kedua disetel, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara pintu kamarkuterbuka."Hayo Aldo, nonton apaan kamu?" Ibu Intan berkata padaku."Astaga, aku lupa menutup pintu kamar" gerutuku dalam hati.Ibu Intan telah masuk ke kamarku dan memergoki aku sedang nonton film bokep. Aku jadi salah tingkah sekaligus malu."Anu bu, aku cuma.." jawabku terbata-bata."Boleh Ibu ikut nonton?" katanya bertanya padaku"Boleh.." jawabku seakan tak percaya kalo dia akan nonton film bokep bareng aku."Dah lama nih Ibu ga nonton film kaya' gini. Kamu sering nonton ya?" katanyamenggodaku."Ah, gak bu.." jawabku"Hmm.. bagus juga adegannya" dia berkata sambil memandang adegan yangberlangsung.Akhirnya kami sama-sama menonton film bokep tersebut. Kadang-kadang dia meremas-remas payudaranya sendiri yang membuat kemaluanku berdiri tegak. Dia memakaidaster putih malam itu kontras dengan kutang dan celana dalam warna hitam. Kadangaku melirik dia dengan sesekali memperhatikan dia yang sesekali memegangkemaluannya dan menggoyangkan pinggulnya seperti cewe yang sedang menahankencing. Pemandangan itu membuat darahku mendesir dan membuat batangkejantananku berontak dengan sengit di dalam celana dalamku.Tiba-tiba dia bertanya, "Do, kamu pernah melakukan seperti yang di film tadi ga?"Aku terkejut mendengar kata-kata itu terlontar dari mulutnya."Belum" jawabku."Ah masa?" tanya dia seakan tak percaya."Bener bu, sumpah.. aku masih perjaka kok" jawabku.

"Kalo pacarmu ke kamarmu ngapain aja? ayo ngaku" tanyanya tersenyum kecil."he...heheheh""Ibu agak pegel-pegel dikit nih abis senam aerobik tadi sore. Bi Ana yang biasa mijetindah tidur kecapekan kerja seharian, bantuin mijet bisa kan?""Boleh, sekarang bu?""Ya sekarang lah, di kamar Ibu yah.. ayo".Aku mengikuti Ibu Intan dari belakang menuju ke kamarnya. Baru pertama kali ini akumasuk ke kamar Ibu kosku itu. Kamarnya cukup luas dengan kamar mandi di dalam,kasur pegas lengkap dengan ranjang model eropa. Di sebelahnya ada meja rias, lemaripakaian dan meja kerja suaminya. Kamar yang indah."Ini lotionnya..", kata Bu Intan kemudian.Ibu Intan kemudian membuka dasternya, hanya tinggal kutang dan celana dalam hitamyang terbuat dari sutera. Melihat pemandangan ini aku hanya bisa melongok takjub,tubuhnya yang putih mulus tepat berdiri di hadapanku."Ayo mo mijit ga? Jangan bengong gitu".Aku terhentak kaget. Aku lupa kalo saat itu aku mo mijit dia. Akhirnya dia berbaringtelungkup dia atas kasur. Aku mulai melumuri punggungnya dengan minyak tersebut.Aku mulai memijit dengan lembut. Kulitnya lembut sekali selembut sutera, kayanya diasering melakukan perawatan tubuh, pikirku dalam hati."Ahh.. enak juga pijatanmu Do, aku suka.. lembut sekali. "Aku memijat dari bahunya sampai mendekati pantat, berulang-ulang terus."Do, tolong buka kutangku. Tali kutangnya ga nyaman, ganggu pijatannya" katanyamenyuruh aku tuk membuka kutangnya.Aku membuka tali kutangnya dan Ibu Intan kemudian melepas kutangnya. Sesekali akumemijat sambil menggelitik daerah belakang telinganya."Ssshh.. ahh.." dia mendesah apabila daerah belakang telinganya kugelitik dan apabilalehernya kupijat dengan halus."Do, tolong pijat juga kakiku ya.." katanya.Aku mulai meminyaki kakinya yang panjang dan ramping. Sungguh kaki yang indah.Putih, bersih, mulus, tanpa cacat dengan sedikit bulu-bulu halus di betis. Pikiranku mulaiomes, aku sedikit kehilangan konsentrasi ketika memijat bagian kakinya."Do, tolong pijat sampai ke pangkal paha ya.." pintanya sambil memejamkan mata.Ketika tanganku memijat bagian pangkal pahanya, dia memejamkan mata sambilmendesah seraya menggigit bibir pertanda dia mulai "panas" akibat pijatanku. Aku mulainakal dengan memijat-mijat sambil sesekali menggelitik daerah-daerah sensitifnyaseperti leher dan pangkal pahanya. Dia mulai menggeliat tak karuan yang membuatkejantananku berontak dengan keras di celana dalamku.Tiba-tiba dia berkata, "Do, bisa mijit daerah yang lain ga?""Daerah yang mana bu?"Tiba-tiba dia membalikkan badannya seraya membimbing kedua tanganku ke ataspayudaranya. Posisi badannya sekarang adalah telentang. Dia hampir telanjang bulat,hanya tinggal segitiga pengamannya saja yang belum terlepas dari tempatnya. Akutertegun melihat pemandangan itu. Payudaranya yang indah membulat menantangseperti sepasang gunung kembar lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Akumeremasnya dengan lebut sambil sesekali melakukan "summit attack" dengan jari jemariku mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio ketika mencarigelombang.Ia mulai menggelinjang tak karuan."Ahh.. oohh.. sshh", dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menujupayudaranya."Do.. Jilatin payudaraku Do.. cepat.."

Aku mengabulkan permintaannya dengan memainkan lidahku diatas putingnya. Lidahkubergerak sangat cepat mempermainkan putingnya secara bergantian seperti penarisamba yang sedang bergoyang di atas panggung."Oohh.. aaahhhh.. uukkhh..sssssssh" Dia terus mendesah sambil mencengkramkantangannya di pundakku.Dia memeluku dengan erat. Semakin cepat aku meminkan lidahku semakin kerasdesahannya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya di sana. Bergerak teruske belakang telinga sambil tanganku memainkan putingnya. Dia terus mendesah
...dandengan sangat terlatih membuka baju dan celanaku. Sekarang yang kupakai hanyacelana dalam yang menutupi penisku.....Kami mulai berpelukan dan berciuman dengan ganasnya. Ternyata dia sangat ahli dalammencium. Bibirnya yang lembut dan lidah kami yang saling berpagutan membuatkuserasa melayang seperti lalat.Dia mulai menciumi leherku dan sesekali menggigit kupingku. Aku semakin rakusdengan menjilatinya dari mulai leher sampai ujung kaki."Aahh..", aku mendesah ketika tangannya menyusup ke markasku mencari rudalku,mengenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut.Dengan bantuan kakinya dia menarik celana dalamku sehingga celana dalamku terlepas.Aku telah telanjang bulat. Terlihat seorang prajurit lengkap dengan topi bajanya berdiritegak siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya."Oohh.. auhh.. sshh..", dia terus memainkan prajuritku dengan tangannya.Tanganku mulai membuka celana dalamnya yang telah basah oleh cairan pelumas yangkeluar dari dalam lobang vaginanya. Terlihat sebuah pemandangan yang indah ketigasegitiga pengaman itu terlepas. Sebuah pemandangan yang sangat indah di daerahselangkangan. Jembutnya yang rapi terurus dan vaginanya yang berwarna merah mudamembuat darahku mendesir dan kejantananku semakin menegang."Oohh.. nikmaatt.. truss..", dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitikdaging kecil di atas lobang vaginanya."Oohh.. sshh.. Yess.. truuss.."Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok kontolku. Akuterus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tanpasadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tak bisabernapas. Aku mencium aroma khas vagina yang harum yang membuat lidahku terusmenjilati klitorisnya."Ohh.. Ssshh.. Ukhh", dia terus mendesah."Do.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. aku mo keluar nih..""Ahh..", terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil."Aukhh..", tiba-tiba badannya menegang hebat.Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin basaholeh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu orgasme yang dihasilkanakibat perlakuan pada kelentitnya."Do, nikmat sekali.. Aku tak menyangka kamu pandai bersilat lidah", katanya sambilnapasnya terengah-engah.Ketika aku siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata, "Do, aku punyasebuah permainan untukmu"."Permainan apa?" tanyaku."Pokoknya kamu ikut aja, permainan yang mengasyikkan. Mau?" tanyanya."Oke..", jawabku.Dia mengambil sebuah slayer dan menutup mataku, kemudian menyuruhku berbaringterlentang dan mengikut kedua tanganku dengan selendang yang telah ia siapkan.Kedua tanganku dan kakiku diikat ke empat penjuru ranjang sehingga aku tak bisabergerak. Yang bisa aku gerakkan cuma pinggulku dan lidahku. Aku pun tak bisa melihat
apa yang dia lakukan padaku karena mataku tetutup oleh slayer yang dia ikatkan. Akuseperti seorang tawanan. Aku hanya bisa merasakan saja. Tiba-tiba aku merasakanlidahnya mulai bergerilya dari mulai ujung kakiku. Trus bergerak ke pangkal paha."Ahh", aku mendesah kecil.Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati daerah dadaku."Oohh.. Ssshh..", aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik ke leherku danmencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun kembali."Ohh.. yyeess.. uukkhh..", aku mendesah hebat ketika lidahnya bermain di daerahantara lubang anus dan biji pelerku."Aahh..", aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang kemaluanku dari mulaipangkal sampai kepalanya, terus menerus, membuat tubuhku berkeringat hebatmenahan rasa yang amat sangat nikmat."Panjang juga ya punya kamu", Ibu Intan berkata padaku seraya mengulum peniskumasuk ke dalam mulutnya."Ahh.. eenaakk.. sshh", aku mendesah ketika batang kejantananku mulai keluar masukmulutnya.Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku dan semakinlama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Tidak seperti kuluman pacarku yangmasih minim pengalaman. Ibu Intan merupakan pengulum yang mahir."Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss", aku memintanya supaya mempercepatkulumannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan rudalku tapi apa dayakedua kaki dan tanganku terikat dengan mataku tertutup.Tiba-tiba ada sesuatu di dalam penisku yang ingin mendesk keluar."Ahh.. sshh.. Bu, aku mo keluarr", katakuMendengar itu, semakin cepat ritme kulumannya dan membuatku tak tahan lagi untukmengeluarkan spermaku."Aaahh..", aku mengerang hebat dan tubuhku mengejang serta gelap sesaat ketikacairan itu mendesak keluar dan muncat di dalam mulut Bu Intan.Aku seperti melayang ke awang-awang, rasanya nikmat sekali ingin aku teriak enak."Enak juga punyamu Do, protein tinggi", katanya seraya menjiltai sperma yang tumpah.Tiba-tiba aku tak merasakan apa-apa. Tak lama kemudian aku mencium aroma khasvagina di depan hidungku. Ternyata Bu Intan meletakkan vaginanya tepat di mulutkudan dengan cepat aku mulai memainkan lidahku."Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..", ia mendesah ketika lidahku memainkan kembalidaging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin aku terangsang.Tak lama kemudian prajurit kecilku kembali menegang hebat."Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess", ia semakin hebat mendesah membuat rudalku telahmencapai ereksi yang maksimal akibat desahannya yang erotis.Lama kelamaan vaginya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar akibat terangsanghebat."Aku ga tahan lagi Do", katanya seraya mengangkat vaginanya dari mulutku.Dia memindahkan vaginanya dari mulutku dan entah kemana dia memindahkannyakarena mataku tertutup oleh slayer yang dia ikatkan kepadaku. Tiba-tiba aku merasakankemaluanku digenggam oleh tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam sutaulubang hangat sempit dan basah oleh cairan pelumas. Ahh.. baru pertama kali ini akumerasakan nikmatnya vagina. Meskipun Ibu Intan bukan perawan tapi yang kurasakansempit juga juga vaginanya. Dengan perlahan Ibu Intan mulai membenamkankemaluanku ke dalam vaginanya sehingga seluruh kemaluanku habis ditelan olehvaginanya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa ketika kemaluanku masuk kedalam vaginanya. Posisiku telentang dengan Bu Intan duduk di atas kemaluanku persisseperti seorang koboi yang sedang bermain rodeo.Dengan perlahan tapi pasti, Ibu Intan mulai memainkan pinggulnya naik turun secara

perlahan."Aaahh.. uuhh", desahku ketika Ibu Intan memainkan pinggulnya naik turun secaraperlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu membuat diriku seperti melayang keudara. Aku pun mulai menggoyangkan pantatku naik turun."Do.. giillaa.. enaakk ssekali..", teriak Bu Intan.Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan mendesah.Lama kelamaan Ibu Intan mulai mempercepat ritme goyangannya, naik turun dansesekali memutarkan pinggulnya.Tak mau kalah, aku pun mulai mempercepat sodokanku."oohh.....yess.. ohh..", desah Ibu Intan."Ahh.. uhh.. goyang terruss buu", kataku."Enaakk.. Doo.. tolong cepetin sodokanmu Do..", katanya.Sodokanku semakin cepat dan semakin cepat pula Ibu Intan menggoyangkanpinggulnya."Ohh.. shit.. oohh.. nnikkmmat..", Ibu Intan berteriak seraya menjambak rambutku.Dia mulai membuka slayerku. Aku bisa melihat pemandangan yang sungguhmenakjubkan sekaligus menggairahkan di depanku. Tubuh Ibu Intan yang bergoyangmembuat rambutnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya penuh dengan keringat.Payudaranya yang putih bersih dengan putingnya yang kecoklatan ikut bergoyangseirama dengan goyangan pinggulnya yang mengocok kemaluanku. Mukanya yangmanis dengan mata yang sesekali merem melek, mulutnya yang mendesah dan sesekalimengeram serta wajahnya yang dipenuhi keringat membuat ia keliatan seksi danmenggairahkan."Ahh.. shit.. oh.. god.. ohh.. enak..", desahnya.Aku melihat Ibu Intan yang setiap hari terlihat lembut ternyata memiliki sisi yang sangatmenggairahkan dan terlihat haus akan sex. Ibu Intan pandai memainkan ritmegoyangannya, kadang dia melambatkan goyangan pinggulnya kadang dengan tiba-tibamempercepatnya. Aku hanya bisa mengikuti perrmainannya dan aku sangatmenikmatinya."Aaahh..!", aku berteriak keenakan ketika aku merasakan diantara goyangannya yangmengocok kemaluanku, vaginanya seperti menghisap kemaluanku."Mampus kamu Do.. tapi enak kan? Itu namanya "hisapan maut".. Ibu mempelajarinyamelalui senam Keggel..", katanya sambil memandangku dengan liar.Aku semakin mempercepat sodokanku dan Ibu Intan pun mempercepat goyangannyanaik turun dan berputar secara bergantian sesekali dilakukannya hisapan maut yangmembuat seluruh tulang dalam tubuhku seperti terlepas dari persendiannya. Ibu Intanmulai menciumi leherku dan bibirku.Kami semain "panas" dan lidah kami saling berpagutan sementara sodokan kemaluankudan goyang pinggulnya semakin lama semakin cepat."Uhh.. ahh.. shh.. ahh..", aku mendesah.Ibu Intan semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat sodokannya. Akumerasakan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku."Bu Intan.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..", kataku."Ibu juga.. ahh.. tahann.. kita keluarin sama-sama.. sshh ahh.."."Aku ga tahan lagi bu..".Tiba-tiba Ibu Intan berteriak panjang."Aaahh.." sambil memelukku dengan sangat erat."Aaahh..". bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan cairan hangatdi dalam vaginanya.Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat menahankenikmatan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi kenikmatan yang luar biasa

membuat tubuhku seperti melayang jauh ke awang-awang. Nikmatnya melebihimasturbasi yang sesekali aku lakukan.Kami sama-sama terkulai lemas dengan napas yang terengah-engah seperti duaolahragawan yang telah balap lari. Ibu Intan menatapku sambil tersenyum manis. Akuhanya terdiam menatap langit-langit."Do, kamu nyesel ga ML sama Ibu?", tanya Ibu Intan kepadaku."Nggak bu.."."Terus kenapa kamu termenung begitu?"."Aku cuma bingung, aku kan mengeluarkan sperma di dalam vagina Ibu, aku cumakhawatir nanti Ibu hamil gara-gara saya""Ha.. ha.. ha.. jadi itu yang kamu khawatirkan?""Iya bu. ""Tenang aja, Ibu teratur ko minum pil kb. Jadi kamu ga perlu khawatir?"Apa yang dikatakannya membuatku tenang. Akhirnya kami berbicara ngalor ngidul. Dankami juga bercanda dan tertawa. Kami ngobrol dan becanda dalam keadaan bugil tanpabusana sehelai benang pun menempel di tubuh kami."Do, kamu lapar ga? Ibu lapar", katanya."Iya bu""Ibu masakin kamu nasi goreng spesial buatan Ibu ya?""Boleh", jawabku.Kami berpakaian kembali. Ibu Intan hanya menggunakan daster putih tanpa memakaikutang dan celana dalam, sedangkan aku hanya menggunakan celana pendek saja tanpamenggunakan baju. Aku menunggu di meja makan sambil nonton MTV dan Ibu Intan didapur memasak nasi goreng. Akhirnya nasi goreng pun selesai di masak dan kamimakan bersama-sama di meja makan. Meja makannya cukup besar, terbuat dari kayu jati dengan motif yang indah. Di sisi lain meja makan terdapat susu kental manis, tehcelup, sebotol madu, tempat sendok dan garpu, serbet dan alas makan.Setelah makan selesai, aku dan Ibu Intan membersihkan meja makan bekas kamimakan. Kami mulai bercanda-canda lagi. Tanpa sadar aku mulai becanda sedikit pornodan darahku mulai berdesir melihat ia berpakaian daster tanpa menggunakan kutangdan celana dalam. Tampak samar-samar putingnya menonjol seakan ingin merobekdaster yang dikenakannya. Bayangan hitam di selangkangannya (jembut) merupakanpemandangan yang indah."Ibu cantik dan seksi pake daster itu", kataku."Kamu ngerayu Ibu ya..""Bener lho bu, apalagi ga pake kutang dan celana dalem""Ah kamu.. mulai nakal ya", katanya sambil nyubit pipiku.Prajuritku sedikit demi sedikit mulai kembali berdiri tegak. Ini akibat dari mataku yangselalu tertuju pada gundukan hitam di balik daster Ibu Intan."Lho.. kok bangun lagi prajurit kecilmu, mo tempur lagi ya", katanya.Aku tidak segera menjawab karena tangan Ibu Intan sudah mulai menyusup ke dalamcelanaku yang emang ga make kolor. Dengan lembut ia mulai mengocok penisku."Ahh..", aku mendesah kecil, lalu kami mulai berciuman dengan mesranya.Tanpa sadar ketika berciuman tangan kami bergerilya dan mulai melucuti pakaianmasing-masing. Kami sudah telanjang bulat dan kami masih terus berciuman sementaratangan Ibu Intan mengocok penisku dengan lembutnya. Hmm.. rasanya nikmat sekali.Tidak tau gimana awalnya tetapi kami sudah berada di atas meja makan, terbaringsambil berciuman. Ibu Intan dalam posisi telentang dan aku berada di atasnya.Aku mulai menciumi lehernya dan terus bergerak ke belakang telinga."Aaahh..", Ibu Intan mendesah ketika lidahku mulai bergerak lincah dan menjilati kedua


puting susunya secara bergantian sementara tanganku yang lain memainkan klitorisnya.Vaginanya mulai basah akibat cairan pelumas yang keluar dari lubang kenikmatannya.Tangannya terus mengocok kontolku."Do.. enak.. sshh..", desahnya sambil memejamkan mata.Kami mulai berganti posisi, Ibu Intan yang mengarahkannya. Giliranku telentang danIbu Intan berada di atasku dengan posisi terbalik. Kami melakukan gaya 69. Akumenjilati klitorisnya dengan rakus seperti orang kelaparan yang bertemu makanansementara Ibu Intan menghisap kontolku dengan lembut dan sesekali menjilati kepalapenisku yang membuat merasa seperti tersengat listrik."Uhh.. sshh..", aku mendesah ketika hisapan Ibu Intan senakin kuat.Semakin cepat lidahku menggelitik klentitnya semakin ganas pula dia mengulumpenisku.Aku bangkit dan Ibu Intan kuposisikan telentang di atas meja dengan kakimengangkang. Terlihat dua buah gunung kembar yang sangat indah yang membuatdarahku berdesir hebat. Sementara di selangkangannya terdapat bibir merah muda yangmerekah lengkap dengan bulu-bulunya yang membuat rudalku  semakin mengeras. Akusegera meraih kaleng susu kental manis di sampingku dan perlahan-lahanmengoleskannya ke seluruh tubuh Ibu Intan dari mulai leher sampai dengan ujung kaki.Kemudian aku mengoleskan madu disekitar puting dan kemaluannya. Aku mulaimenjilatinya mulai dari leher. Ibu Intan hanya bisa pasrah dengan mata terpejam dandari mulutnya terdengar desahan kecil. Lidahku bergerak turun ke arah bahunya,kemudian bergerak menuju payudaranya.Tubuh Ibu Intan menggelinjang ketika lidahku menari-nari di atas puncak gunungkembarnya."Do.. aahh.. sshh.. Ibu ga tahan.. masukin Do..", Ibu Intan meminta aku segeramenusukkan penisku ke dalam vaginanya.Tapi aku pura-pura tak mendengar. Lidahku mulai bergerilya lagi menjilati semua susukental yang menempel di tubuhnya. Lidah mulai bergerak lagi ke arah perut. Lalu akumulai menjilati dari ujung kaki Ibu Intan, naik ke betis terus ke pangkal paha. Ketikalidahku menjilati cairan madu yang membasahi sekitar kemaluan dan klitorisnya, IbuIntan menggelinjang hebat dan tanpa sadar semakin membenamkan kepalaku kevaginanya. Semakin ganas aku menjilati madu yang ada di klitorisnya, semakin takterkendali juga tubuh Ibu Intan menggelinjang."Sshh.. oughh.. aahh.. pleeaassee.. masukin Do..", katanya seraya menghisap jaritelunjukku.Dia mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas bahuku sementara aku berdiri diatas lutut. Perlahan aku mulai memasukkan penisku. Vaginanya yang sudah basahkuyup dan licin memudahkanku untuk membenamkan seluruh penisku ke lubang sorgadunia miliknya."Aahh.. nnikmmaatt..", teriaknya sambil menggoyangkan pinggulnya melingkar.Aku mulai memainkan sodokanku. Kecepatannya semakin lama semaikn kutambahbegitu pula goyangan pinggul Ibu Intan."Ibu.. enaakk.. uhh.. shh..", desahku sambil memejamkan mata."Aahh.. sshh.. mm..", ia mendesah sambil menghisap jari tanganku.Suara becek vagina Ibu Intan yang dikocok oleh penisku terdengar seperti sebuahnyanyian yang merdu. Sesekali terdengar bunyi derak meja makan tempat kamibercinta. Kami berganti posisi. Ibu Intan membelakangiku dengan posisi menunggingdan aku menusuknya dari belakang. Tubuh kami semakin basah kuyup oleh keringat.Keringat Ibu Intan yang bercampur dengan cairan susu kental menimbulkan wangi yangsemerbak. Kami semakin terhanyut ke dalam dunia yang entah dimana."Teerruuss.. cepett.. lebih.. cepett.. aahh..", Ibu Intan mendesah sambil memintaku untuk mempercepat sodokanku.

Kami berganti posisi lagi. Aku dalam posisi duduk dan Ibu Intan duduk dipangkuankusementara penisku asyik bergulat di dalam lubang vaginanya."Aahh.. sshh.. goyang terruss..", desahku ketika Ibu Intan mulai bergoyang denganganasnya.Kami berciuman sementara penisku dikocok oleh lubang vaginanya Ibu Intan yangsangat hangat sekali. Vagina Ibu Intan semakin banyak mengeluarkan cairan pelumasyang hangat. Suara becek yang diakibatkan oleh sodokan kontolku dan beceknya lubangvagina Ibu Intan semakin keras."Aaahh.. sshh.. aahh.. oohh.. yess.." desahku."Faster.. oohh.. aahh.. ssh.. faster.. Do..", desah Ibu Intan sambil memintaku untukmempercepat sodokan penisku.Sementara penisku "bermain" di dalam lubang vaginanya Ibu Intan, lidahku juga mulaimemainkan putingnya. Itu membuat tubuh Ibu Intan semakin bergerak tak karuan,goyangan pinggulnya semakin ganas dan sesekali dia menggigit leherku untuk menahankenikmatan yang dia rasakan.Semakin lama semakin kupercepat sodokan penisku dan gelitikan lidahku di putingnyasemakin kupercepat pula, semakin ganas juga Ibu Intan bergoyang."Aahh..ooohhh......sssshhhhhhh!", Ibu Intan melenguh panjang sambil memelukkusangat erat sekali, tubuhnya menegang hebat, matanya terpejam dan kurasakan adacairan hangat kental mengguyur penisku. Ibu Intan mengalami orgasme. .........Aku semakin mempercepat sodokanku. Tubuh Ibu Intan mulai melemas tapi aku terusmempercepat sodokanku."Ahh.. Ibu Intan.. aku mo keluarr.. sshh.. ahh", ada sesuatu di dalam penisku yangmulai bergerak dan geli bercampur enak yang kurasakan mulai meningkat."Do.. keluarin di luar ya.. di mulutku..", pinta Ibu Intan.Aku mencabut penisku dan dengan rakusnya Ibu Intan segera menghisap kontolkudengan ganas."Aahh..", tubuhku mengejang,ssshhhhh.....glek..glek ..sshhhh.....mataku terpejam dantubuhku seperti melayang menembus atmosfer bumi. Rasanya sangat nikmat sekali,sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku memuncratkan air maniku di dalam mulut IbuIntan.Ibu Intan terus menghisap penisku dengan ganas."Aahh.. ooochhh...acchhh......sshh", aku mendesah kecil ketika penisku yang mulai loyoterus dijilati oleh Ibu Intan.Lidah Ibu Intan terus menjilatinya sampai bersih. Lalu kami sama-sama terbaring lemasdi atas meja makan. Kami masih berpelukan."Nikmat sekali hari ini.. thanks ya Do..", Ibu Intan berkata kepadaku sambil menatapku."Sama-sama.. aku seharusnya yang berterima kasih..", kataku sambil membelai rambutIbu Intan.Kami lalu berciuman lalu berpelukan. Karena kecapean, kami pun langsung tertidur diatas meja makan tempat kami bermain kenikmatan.Aku terbangun ketika cahaya sudah terang. Aku melihat jam dinding, wah.. ternyatapukul setengah tujuh pagi. Kulihat Ibu Intan masih tertidur di pelukanku di atas mejamakan yang berantakan tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh kami."Bu.. bangun..", bisikku di telinga Ibu Intan.Wajahnya terlihat begitu cantik ketika tertidur."Jam berapa sekarang Do?""Setengah tujuh"."Hah.. setengah tujuh?!", Ibu Intan kaget dan segera bangun.Kami segera berpakaian dan membereskan meja yang berantakan.penisku masih terasa nyeri campur pegal......diputar dan digoyang oleh vagina Bu Intan......

Vagina estewe.....alias setengah baya...yang betul betul nikmatdan berpengalaman......

selesai

dibalik jilbab stw

Tadi malam saya lewat rumah ibu dan mendengar suara menarik jadi saya mengintip. Ternyata, saya lihat ibu sedang mencolok-colokkan pisang ke itunya ibu sambil nyetel film BF. Saya sangat terangsang.Kalau ibu setuju, daripada pakai pisang saya juga mau dan penginbegituan dengan ibu”.
Itu kalimat yang kutulis dalam HP dan siap dikirimkan dalam bentuk SMS ke sebuah nomor HP milik Bu Ruminah, tetanggku. Namun kendati tinggal memencet tombol agar pesan terkirim, aku sempat ragu. Jangan-jangan nanti Bu Rum (demikian Bu Ruminah biasa dipanggil) ngadu ke ibuku atau ke orang-orang tentang SMS yang kukirim, begitu aku m

embathin.
Tapi, ah nggak mungkin dia berani cerita ke ibuku atau ke orang-orang. Sebab kalau dia cerita, kebiasaannya memuaskan diri dengan buah pisang kan jadi ketahuan. Begitu pikirku lagi. Yakin Bu Rum tidak mungkin menceritakan isi SMS itu ke orang lain, akhirnya kutekan panel tanda OK pada HP-ku dan terkirimlah SMS trsebut.
Hanya dalam hitungan menit, reaksi dari SMS yang kukirim langsung kudapat. HP ku berdering dan pada layar terlihat nama Bu Rum memanggil. Tetapi aku tidak berani mengangkat karena pasti ia mengenali suarakuhingga kudiamkan saja panggilannya. Setelah beberapa kali telefonnyatidak diangkat, akhirnya sebuah SMS masuk.
“Tolong jawab. Nomor siapa ini”. Demikian bunyi SMS yang dikirimnya dan memacu niatku untuk kembali mengisenginya.
“Pokoknya ibu sangat mengenal saya. Bener lho Bu, pisang saya jadi pengin banget dimasukkan ke itunya ibu seperti pisang yang ibu pegang tadi malam. Ibu pasti puas. Mau kan Bu?”. Ujarku dalam SMS yang kukirim berikutnya.
“Huussh .. jangan ngawur. Saya bukan wanita begituan dan saya kan sudah tua. Tolong kejadian itu jangan diceritakan ke orang lain. Tolong banget”. Ungkapnya dalam SMS berikutnya. Rupanya dia ketakutan kalau aku menceritakan kejadian yang sempat kupergoki itu hingga niat isengku makin menjadi.
“Beres Bu, Saya tidak akan cerita ke siapa-siapa. Tapi sungguh saya sangat terangsang saat melihat memek ibu dicolok buah pisang. Bahkan lebih merangsang dibanding memek wanita bule yang ada di film BF. Jadi soal saya kepengin begituan dengan ibu memang bener-bener lho.” Kataku lagi dalam SMS yang kukirim selanjutnya.
Tetapi balasan SMS dari Bu Rum pendek saja. “Sudah ya. Saya sangat berterima kasih kejadian itu tidak diceritakan ke siapapun,” ujarnya dalam SMS yang kuterima. Setelah itu beberapa kali kukirim SMS dengan kata-kata yang lebih panas. Termasuk kesediaanku untuk menjilati memek dan itilnya bila ia mau melayaniku. Namun Karena tetap tidak dijawab maka malam itu SMS an dengan Bu Rum tidak berlanjut.
Bu Ruminah yang biasa disapa Bu Rum adalah tetanggaku. Rumahnya hanya terpaut tiga rumah dari rumahku. Suaminya Pak Kirno, adalah pensiunan TNI dan pernah menjadi Satpam sebuah bank serta menjabat Ketua RW sebelum terkena stroke dan mengalami kelumpuhan. Sementara Bu Rum di samping menjadi ketua kelompok pengajian ibu-ibu di lingkungan RW tempat tinggalku, ia yang pernah mengenyam pendidikan pesantren itu juga mengajari ibu-ibu mengaji termasuk ibuku yang menjadi teman dekat dan sekaligus muridnya.
Aku yakin orang-orang tidak bakalan percaya kalau kuceritakan bahwa Bu Rum ternyata suka melampiaskan hasrat seksnya dengan menggunakan pisang. Betapa tidak, wanita berusia 53 tahun itu, penampilan kesehariannya sangat santun. Selalu berkerudung dan menutup rapat auratnya. Hingga orang tidak akan percaya tentang kebiasaannya yang nyeleneh dalam soal seks terlebih di usianya yang sudah tergolong tua.
Tetapi aku benar-benar melihat dengan mata dan kepalaku sendiri tentang apa yang dilakukan dia yaitu memuasi diri dengan buah pisang. Bahkan saat itu, terus terang aku sangat terangsang. Terlebih saat ia meremasi sendiri kedua teteknya yang gede dan melihat memeknya yang dipenuhi rambut tebal dicolok-colok dengan buah pisang. Karena selalu terbayang oleh bagian-bagian tubuhnya yang membuatku terangsang, akhirnya aku iseng mengirim SMS.
Karena beberapa SMS ku yang terakhir tidak dibalasnya, aku nyaris nekad dengan mengancamnya bahwa bila ia tidak mau melayaniku akan kuceritakan soal masturbasi dengan pisang itu kepada orang-orang. Hanya setelah kupikir, tindakanku itu bisa membuat dia kalap atau melapor ke polisi hingga kuurungkan niatku tersebut. Hanya aku tetap bertekad untuk mengisenginya dengan berkirim SMS kepadanya di tiap kesempatan.
Hampir tiap hari, terkadang pagi, siang maupun malam, beberapa SMS kukirim kepadanya. Intinya mengungkapkan keinginanku untuk menjadi patner seksnya karena setelah memergoki dia main dengan pisang aku menjadi sangat terangsang dan terpaksa sering mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan menyetubuhinya. Tetapi ia tetap tidak mau membalasnya. Pernah beberapa kali ia mencoba menelepon tetapi aku tidak berani mengangkatnya.
Oh ya, dari perkawinannya dengan Pak Kirno, Bu Rum hanya mempunyai satu anak Mbak Lasmi. Ia sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa anak. Mbak Lasmi tinggal di tempat lain di sebuah kecamatan terpencil karena suaminya menjadi pegawai kecamatan di sana. Jadi status Bu Rum adalah nenek dari beberapa cucu.
Puncak dari keisenganku mengrim SMS kepada Bu Rum terjadi ketika pengajian ibu-ibu di kampungku yang dilaksanakan secara bergiliran jatuh ke giliran ibuku. Karena acaranya berbarengan dengan halal bi halal setelah lebaran, pengajian yang diadakan di rumahku terbilang besar. Hidangan yang biasanya cuma snack kali ini dilengkapi ketupat dan opor ayam. Juga ustazahnya yang biasanya pembicara lokal, kali ini didatangkan dari luar kota.
Sejak pagi rumahku ramai oleh ibu-ibu tetangga yang mempersiapkan acara tersebut termasuk Bu Rum. Adanya wanita itu di rumahku membuatku tidak berani mengirim SMS iseng padanya. Hanya secara sembunyi-sembunyi aku sering mencuri pandang menatapinya.
Seperti kebiasaannya, saat itu Bu Rum memakai busana muslim dengan hiasan bordir yang apik. Yakni sebuah baju terusan warna krem yang longgar yang tidak menampakkan bentuk tubuhnya dipadu dengan celana panjang warna senada. Dengan kerudung yang tak pernah lepas menutup kepalanya, wanita bertubuh tinggi besar itu nampak anggun dan berwibawa.
Acara pengajian yang dimulai selepas ashar, baru berakhir menjelang  maghrib. Sekira pukul 19.30 WIB, setelah acara beres-beres rumah selesai ibu memanggilku. “Win tolong ini diantar ke rumah Bu Rum ya.Tadi ia minta disisihkan lontong dan opornya karena katanya di rumah lagi tidak masak,” ujar ibuku.
Setelah beberapa kali berkirim SMS gelap kepadanya, sebenarnya agak grogi untuk berhadapan langsung dengan Bu Rum. Terlebih mengingat kata-kata jorok dan porno serta ajakan main seks dalam setiap SMS yang kukirim. Tetapi aku juga tidak punya alasan untuk menolak perintah ibu hingga dengan terpaksa kulaksanakannya. Dua buah rantang besar berisi lontong dan opor kubawa ke rumah Bu Rum.
Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan menunggu agak lama, kulihatseseorang mengintip dari balik korden dan akhirnya membukakan pintu.Ternyata yang mengintip dan membukakan pintu adalah Bu Rum sendiri. “Ohkamu Win, ibu kira siapa. Ayo masuk,” ujarnya mempersilahkanku.
Bu Rum yang kalau berada di luar rumah berpakaian muslimah yang rapat,ternyata tidak begitu adanya kalau sedang di dalam rumah. Baju yang dipakainya hanya daster berbahan tipis dan tanpa lengan. Hingga BH hitam dan celana dalam putih yang dipakainya tampak menerawang.
“Saya disuruh mengantarkan ini untuk Bu Rum,” kataku setelah berada di ruang tamu rumahnya.
Tetapi Bu Rum tidak langsung menerima bingkisan makanan yang kusodorkan. Ia kembali membuka pintu dan keluar rumah. Setelah sesaat melihat sekeliling, ia kembali masuk dan mengunci pintu dari dalam. Ia juga mengajakku ke dalam, ke ruang tengah rumahnya. “Taruh saja bawaannya di meja Win. Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu,” katanya pelan.
Deg! Serasa berhenti detak jantungku. Pasti ia sudah tahu kalau yang berkirim SMS selama ini adalah aku, pikirku membathin. Gelisah akudibuatnya. “Duduk sini Win. Tidak ada siapa-siapa kok. Pak Kirno tadi dijemput Lasmi dan suaminya karena ia ingin banyak menghirup udara gunung yang segar. Mungkin agar bisa pulih,” ujarnya lagi.
Agak sedikit plong mendengar bahwa Pak Kirno suaminya sedang tidak dirumah. Setidaknya kalau Bu Rum marah terkait soal SMS ku itu, suaminya tidak ikut mendengarnya. Hanya aku tetap tidak bisa membuang kegelisahan yang kurasakan. Seperti pesakitan yang menunggu vonis hakim, aku hanya duduk mematung di kursi sofa di ruang tengah rumah Bu Rum.
Bu Rum duduk di kursi lain yang ada, dekat tempat aku duduk. Baru kusadari, daster yang dipakainya ternyata terlalu pendek. Pahanya yang mulus terlihat terlihat terbuka. Hanya aku tetap tidak dapat menikmati pemandangan yang mengundang itu karena suasana tegang yang terjadi.
“Tadi waktu di pengajian, ibu minta ijin ke ibumu agar kamu mau mengantar ibu ke rumah Lasmi tiga hari lagi untuk menjemput Pak Kirno.Rencananya mau pinjam mobil Pak RT dan kamu yang menyetir. Ibumu setuju dan memberi nomor HP milikmu. Tapi ibu jadi kaget, sebab ternyata nomornya sama dengan nomor yang suka dipakai SMS ke ibu beberapa hari ini. Jadi kamu Win yang suka SMS ke ibu,” ujarnya tenang dan disampaikan tanpa emosi.
Namun meskipun begitu, sempat kecut juga nyaliku. “Eee…ee.. ti…eh… iya Bu,” jawabku terbata.
“Oh syukurlah kalau begitu. Ibu takut banget apa yang kamu sempat lihat diceritakan ke orang-orang lain. Ibu pasti sangat malu. Terima kasih banyak ya Win kamu tidak cerita ke orang-orang,”.
Ah ternyata ia tidak marah soal itu. Aku jadi merasa plong. Bahkan dengan terbuka, Bu Rum akhirnya bercerita soal kenapa ia terpaksa menggunakan pisang untuk memuaskan dorongan seksnya.
Diceritakannya, meski sudah tergolong berumur namun kebutuhan  biologisnya belum padam benar. Padahal sudah lama Pak Kirno tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai suami. Bahkan jauh sebelum terkena stroke. Makanya setiap keinginan untuk itu datang ia selalu berusaha memuaskan sendiri termasuk menggunakan pisang. “Ibu malu banget lho sama kamu Win. Apalagi kalau kamu sampai cerita ke orang-orang. Mau ditaruh dimana muka ibu?” Kata Bu Rum lagi.
“Tidak Bu, saya janji tidak akan cerita ke siapa pun soal itu,” ujarku meyakinkannya.
Mungkin saking senangnya rahasianya soal ngeseks dengan pisang tidak akan terbongkar ia langsung berpindah duduk menjejeriku di sofa yang kududuki. Digenggam dan diguncang-guncangkannya tanganku. “Terima kasih win, ibu sangat berterima kasih,” kata Bu Rum.
Beban yang semula seolah menghimpit dadaku langsung sirna melihat sikap Bu Rum. Hanya kembali aku sulit menjawab ketika ia menanyakan perihal kata-kata dalam beberapa SMS yang kukirimkan. “Kalau ibu boleh tahu, sebenarnya apa yang mendorongmu mengirim SMS itu kepada ibu?”
“Eee… eee… sa… sa.. saya.. ee,” kembali aku terbata.
“Tidak apa-apa Win, jawab saja yang jujur. Ibu cuma ingin tahu,”
“Saya mengirim SMS itu karena sangat terangsang setelah melihat ibu,” kataku akhirnya.
Bu Rum kulihat terpana. Mungkin ia tidak percaya dengan jawaban yang kuberikan. Namun sebuah senyuman terlihat mengembang di wajahnya hingga aku tidak takut lagi. “Jadi kamu juga benar-benar ingin begituan dengan ibu?”
“Eee… maksud saya.. ee. Iya kalau ibu bersedia,” jawabku mantap.Mendengar jawabanku Bu Rum langsung meraih dan mendekapku. Dalam kehangatan dekapannya, wajahku tepat berada di busungan buah dadanya yang terbungkus BH hitam. Wajahku membenam di busungan susunya yang memang berukuran besar. Diperlakukan seperti itu kontolku jadi langsung bangkit. Mengeras di balik celana dalam dan jins yang kupakai.
Sesaat setelah Bu Rum melepaskan pelukan pada tubuhku, kulihat gaya duduknya makin sembrono. Kedua kakinya terbuka lebar hingga pahanya yang membulat besar terlihat sampai ke pangkalnya. Bahkan kulihat sesuatu yang membukit dan terbungkus celana dalam warna hitam. Aku tak berkedip menatapinya.
Untuk ukuran wanita seusia dirinya, kaki dan bagian paha Bu Rum masih terhitung mulus. Memang ada lipatan-lipatan lemak dan kerutan mendekati ke pangkal paha. Tetapi tidak mengurangi hasratku untuk menatapi bagian yang merangsang itu termasuk ke bagian membukit yang tertutup celana dalam warna krem. Jembut di memeknya itu pasti sangat lebat karena banyak yang tidak tertampung celana dalam yang menutupinya hingga terlihat banyak yang keluar dari celana dalam yang dipakainya.
Rupanya Bu Rum tahu mataku begitu terpaku menatapi organ kewanitaannya.Mungkin karena telah yakin aku benar-benar mau menjadi pelepas dahaganya, ia pelorotkan sendiri celana dalam itu dan melepasnya. “Bu Rum sudah nenek-nenek lho Win. Tetapi kalau kamu pengin melihat memek ibu bolehlah. Sebenarnya ibu juga sudah lama tidak puas main sendiri dengan tangan dan pisang,” katanya.
Bahkan tanpa sungkan, setelah melepas sendiri celana dalamnya ia duduk mengangkang membuka lebar-lebar pahanya. Memamerkan memeknya yang berbulu sangat lebat. Ah tak kusangka akhirnya dapat melihat memek Bu Rum dalam jarak yang sangat dekat.
Memek Bu Rum lebar dan membukit. Jembutnya sangat lebat dan hitam pekat. Kontras dengan pahanya yang kuning langsat sampai ke selangkangannya. Puas memandangi bagian paling merangsang di selangkangan wanita itu, keinginanku untuk menyentuhnya menjadi tak tertahan. Kujulurkan tanganku untuk menyentuhnya.
Kuusap-usap jembutnya yang keriting dan tumbuh panjang. Jembut Bu Rum benar-benar super lebat menutupi memeknya. Hingga meski telah mengangkang, masih tidak terlihat lubang memeknya karena tertutup rambut lebat itu. Kuusap-usap dan kusibak jembut yang tumbuh sampai ke atas mendekati pusar wanita itu dan di bagian bawah mendekati lubang duburnya. Menimbulkan bunyi kemerisik.Untuk bisa melihat lubang memeknya, aku memang harus menyibak rambut-rambut yang menutupinya dengan kedua tanganku. Bibir luar memek Bu Rum tampak tebal dan kasar karena sudah banyak kerutan dan warnanya coklat kehitaman. Di bagian dalam lubang memeknya yang berwarna hitam kemerahan, ada lipatan-lipatan daging agak berlendir dan sebuah tonjolan. Ini rupanya yang disebut itil, pikirku.
Tidak seperti ukuran memeknya yang besar, tebal dan tembem, itil Bu Rum relatif kecil. Hanya berbentuk tonjolan daging kemerahan di ujung atas celah bibir luar kemaluannya yang sudah berkerut-kerut. Kutoel-toel itilnya itu dengan jari telunjukku yang sebelumnya kubasahi dengan ludah. Ia mendesah dan sedikit menggelinjang.
“Kamu sudah pernah begituan dengan perempuan Win? Ee.. maksud ibu ngentot dengan perempuan?”
“Belum Bu,” jawabku sambil tetap menggerayangi dan mengobok-obok vaginanya.
“Masa!? Kalau melihat memek wanita lain selain punya ibu?”
“Juga belum Bu. Saya hanya melihatnya di film BF yang pernah sayatonton. Memangnya kenapa Bu?” Jawabku lagi. Sebenarnya aku berbohong.Sebab di rumah aku sering mengintip ibuku sendiri. Saat dia mandi atau berganti pakaian di kamarnya.Mendengar aku belum pernah berhubungan seks dengan perempuan dan belum pernah menyentuh vagina, entah kapan ia melakukannya, tanpa sepengetahuanku ternyata Bu Rum sudah melepas daster dan BH nya.
Telanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya dan memintaku untuk melepas semua pakaian yang kukenakan.
“Oooww.. punya kamu besar juga ya Win,” kata Bu Rum sambil membelai kontolku yang telah tegak mengacung setelah aku telanjang.
Bu Rum tidak hanya membelai dan mengagumi kontolku yang telah keras terpacak. Setelah menjilat-jilat lubang di bagian ujung kepala penisku,ia memasukkan batang kontolku ke mulutnya. Aku jadi merinding menahan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan. Tubuhku tergetar hebat. Sesekali kurasakan mulutnya mengempot dan menghisap batang kotolku yang kuyakin semakin mengembang. Lalu dikeluarkan dan dikocok-kocoknyanya perlahan. Ah, teramat sangat nikmat. Sangat berbeda bila aku mengocok sendiri kontolku. Saking tak tahan, tanpa sadar aku memegang dan mengusap-usap rambut Bu Rum yang semestinya tidak pantas kulakukan mengingat usia dan sekaligus statusnya sebagai guru mengaji ibu-ibu di kampungku termasuk ibuku.Tetapi Bu Rum tak peduli. Ia terus asyik dengan kontolku. Dikulum,dihisap dan dikocok-kocoknya perlahan dengan gemas. Seperti wanita yang baru melihat kejantanan milik pasangannya. Mungkin karena selama ini ia hanya bisa melakukannya dengan pisang setelah kotol suaminya tidak berfungsi.
Sambil menikmati kocokan dan kuluman Bu Rum pada kontolku, kuremasi teteknya. Tetek Bu Rum gede dan sudah menggelayut bentuknya. Namun sangat lembut dan enak di remas. Bahkan puting-putingnya langsung mengeras setelah beberapa kali aku memerah dan memilin-milinnya.
Tak kusangka wanita yang dalam keseharian selalu tampil dengan busana muslim yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu di kampungku ini juga lihai dalam urusan kulum mengulum kontol. Aku dibuat kelojotan menahan nikmat setiap ia menghisap dan memainkan lidahnya di ujung kepala kontolku.
Bahkan saat Bu Rum mulai mengalihkan permainannya dengan menjilati kantung pelirku dan menghisapi biji-biji pelir kontolku, aku tak mampu bertahan lebih lama. Pertahananku nyaris jebol. Karenanya aku berusaha menarik diri agar air maniku tidak muncrat ke mulut atau wajah Bu Rum.
Namun Bu Rum menahan dan menekan pinggangku. “Mau keluar Win ? Muntahkan saja di mulut ibu,” ujarnya sambil langsung kembali menghisap penisku.
Akhirnya, pertahananku benar-benar ambrol meski telah sekuat tenaga untuk menahannya karena merasa tidak enak mengeluarkan mani di mulut Bu Rum. Sambil mendesis dan mengerang nikmat pejuhku muncrat sangat banyak di rongga mulut Bu Rum. Cairan kental warna putih itu kulihat berleleran keluar dari mulut wanita itu. Tetapi ia tidak mempedulikannya. Bahkan menelannya dan dengan lidahnya berusaha menjilat sisa-sisa maniku yang berleleran keluar.
Terpacu oleh kenikmatan yang baru kurasakan dan banyaknya mani yang keluar membuat tubuhku lemas seperti dilolosi tulang-tulangku. Aku terduduk menyandar di si kursi sofa tempat Bu Rum terduduk. “Gimana Win, enak?”
“Enak banget Bu,”
“Nanti gantian ya punya ibu dibikin enak sama kamu. Ibu ke kamar mandi dulu,” ujarnya berdiri dan melangkah ke kamar mandi. Saat kembali dari kamar mandi, Bu Rum menyodorkan segelas besar teh manis hangat. Sodoran teh manisnya langsung kusambut dan kuteguk.Terasa hangat dan nikmat setelah tenaga hampir terkuras dan kini kembali segar. Saat itu baru kusadari Bu Rum masih bugil tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya.
Aku kembali terpaku pada tubuh bahenolnya yang masih lumayan mulus. Wanita berpinggul besar dan berdada montok namun sudah agak kendur itu,meskipun sudah menjadi nenek masih sangat menggoda. Jembutnya yang keriting lebat terlihat basah. Mungkin habis dibersihkan di kamar mandi untuk menghilangkan bekas air maniku.
“Mau lagi Win?” ujarnya mendekat dan berdiri tepat di tempat aku duduk.Kini memang giliranku untuk memuaskannya setelah kenikmatan yang diberikan padaku.Aku bingung harus memulai dari mana dan melakukan apa pada Bu Rumkarena memang belum pernah pengalaman dengan perempuan. Hanya dari sejumlah film BF yang sering kutonton, wanita kelihatannya sangat suka kalau memeknya dijilat. Maka aku langsung turun dari kursi panjang dan berjongkok di depan Bu Rum.
Memeknya yang besar membusung kini tepat di hadapan wajahku. Jembut keriting lebatnya terlihat basah. Dan Bur Rum, melihat aku hanya terbengong memandangi bukit kemaluannya, langsung mengangkat kaki kirinya dan ditumpukan pada kursi panjang. Karena pahanya yang terbuka kini aku bisa melihat lubang memeknya yang nampak sudah longgar. Lubang memeknya menyerupai lorong panjang. Bahkan kulihat itilnya yang mencuat di ujung atas belahan memeknya.
Kembali aku menyentuh dan mengusap memeknya. Bibir luar memeknya yang berwarna coklat kehitaman penuh kerutan dan terasa lebih tebal. Namun makin ke dalam lebih lembut dan basah serta warnanya agak memerah.Kudengar Bu Rum mendesah saat jariku menyelinap masuk menerobos lubang vaginanya. Rambut kepalaku diusap dan diremas-remasnya. Desahannya mengingatkanku pada suara wanita yang tengah disetubuhi di adegan film BF. Aku jadi terangsang. Kontolku kembali menggeliat dan bangkit.
Sambil mendesah, Bu Rum tak hanya meremas dan menjambaki rambut kepalaku. Tetapi ia berusaha menarik dan mendekatkan wajahku kememeknya. Aku jadi tahu, nampaknya ia tidak ingin memeknya hanya dicolok-colok dengan jariku, Aku yang memang sudah kembali terangsang langsung mendekatkan mulutku dan mulai mengecupi lubang memek Bu Rum.
Ternyata selain bibir luar vaginanya yang mengeras dan berkerut-kerut,di luar kelentitnya yang menonjol besar, ada sebentuk daging yang menjulur keluar dari lubang memeknya. Bentuknya nggedebleh mirip jengger ayam jantan. Pengetahuanku tentang bagian paling intim milik wanita memang sangat terbatas dan melihatnya dari jarak sangat dekat baru kali ini mendapat kesempatan.
Satu-satunya memek wanita dewasa yang pernah kulihat adalah milik ibuku. Aku memang sering mengintipnya saat ibu mandi. Atau saat berganti baju di kamarnya dan pernah beberapa kali melihatnya dalam jarak cukup dekat saat dia tidur. Tetapi sepengetahuanku tidak ada jengger ayam di lubang memek ibuku. Jadi terasa agak aneh atas apa yang kulihat di lubang memek Bu Rum. Tetapi aku tak peduli. Hingga selain menjilati bibir vaginanya, jengger ayamnya juga tak luput dari sentuhan mulut dan lidahku. Bahkan aku langsung mengulum, menghisap dan menarik -nariknya dengan mulutku.
“Ohhh… sshhh… aahhh… enak Win. Aaauuwww… ya.. ya.. aaahhh.. sshhh.. enak banget,”
Aku sangat senang karena ternyata Bu Rum menyukai dan keenakan oleh jilatan lidahku di lubang memeknya. Dari liang sanggamanya mulai keluar lendir yang terasa asin di lidahku. Tetapi itu pun tidak membuat surut langkah untuk terus mengobok-ngobok vaginanya dengan mulut dan lidahku.
Aku terus mencerucupi dan menghisapnya hingga lendirnya banyak yang tertelan masuk ke kerongkonganku.Diperlakukan seperti itu Bu Rum seperti kesetanan. Tubuhnya tergetar hebat dan kulihat ia merintih, mendesah sambil meremasi sendiri kedua tetek besarnya. “Kamu naik dan tiduran di sofa Win. Sshhh aahh jilatanmu di memek ibu enak banget,” katanya.
Seperti yang dimintanya, aku naik ke sofa dan tiduran telentang dengan kaki menjuntai. Setelah itu Bu Rum ikutan naik. Tadinya kukira ia akan menyetubuhiku dengan posisi wanita di atas seperti yang pernah kulihat dalam adegan film mesum yang menggambarkan hubungan seks antara wanita dewasa dan bocah ingusan.
Tetapi tidak. Ia berdiri dan memposisikan kedua kakinya diantara tubuhku. Lalu bertumpu di dinding tembok yang ada di belakang kursi sofa dan sedikit menurunkan tubuhnya. Rupanya, ia masih ingin mendapatkan jilatan di memeknya dengan posisi yang membuat dirinya lebih nyaman dan bergerak leluasa. Sebab saat memeknya telah berada tepat di depan wajahku, ia langsung membekapkannya ke mulutku.
Tak kusangka, wanita yang sangat dihormati di kampungku karena selalu berbusana muslimah yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu, di usianya yang sudah 53 tahun masih sangat menggebu. Pantesan ia suka menyogok-nyogok memeknya dengan pisang. Mungkin karena tidak tahan akibat tidak pernah disentuh oleh suaminya yang sudah tidak bisa melayaninya sama sekali.
Aku sempat gelagapan karena tidak mengira Bu Rum akan membekapkan memeknya ke wajahku. Tetapi setelah mengetahui apa yang diinginkannya,aku langsung menyambutnya meskipun tidak tahu harus bagaimana semestinya dilakukan. Seperti sebelumnya, kembali kujulurkan lidah dan kembali kujilati lubang memeknya. Namun kali ini dengan lebih semangat.
Daging jengger ayamnya yang keluar dan menggelambir kukulum. Lalu lidahku menjulur masuk sedalam-dalamnya di lubang vaginanya sampaihidung dan wajahku ikut belepotan oleh lendir yang keluar dari liang sanggamanya.
Sambil terus mengobeli memeknya dengan lidah dan mulutku, pantat Bu Rum juga menjadi sasaran remasan tanganku. Meskipun sudah melorot, pantat Bu Rum yang besar terasa masih lumayan kenyal. Nampaknya ia menjadi keenakan. Bu Rum melenguh dan mendesah. “Iya Win…aahhh… sshhhh…aaahhhh… ssshh.. enak banget. Terus colok memek ibu dengan lidahmu sayang. Ahhh.. ya.. ya… oooohhhhh…. ssshhhh,” desahnya tertahan saat aku makin dalam menjulurkan lidah.
Mendengar rintihan dan desahan Bu Rum, aku jadi makin bersemangat.Hanya karena tidak punya pengalaman, aku hanya menjilat dan mengisap bagian dalam memeknya sekena-kenanya. Rupanya karena terlalu menggebu, aku sempat menghisap itilnya dengan kuat. Bu Rum memekik. Tetapi tidak marah dan malah makin keenakan. “Ia Win itu itil ibu.. enak banget…sshhh ..aahhh.. aahhh. Terus Win hisap itil ibu… aaoooohhh …oooohhhh,”
Seperti yang dimintanya, itil Bu Rum yang akhirnya paling sering menjadi sasaran jilatan dan hisapan mulutku. Bahkan sambil terus mencerucupi kelentitnya, dua jari tanganku kupakai untuk menyogok-nyogok bagian dalam memeknya. Saat itulah Bu Rum menjadi kelojotan dan beberapa saat kemudian ia memintaku berhenti.
“Udah Win ibu nggak tahan. Bisa KO kalau diteruskan. Sekarang ibu pengin dientot dengan kontolmu. kamu juga pengin kan ngentot dengan ibu kan?”
“Ii .. iya bu. Saya pengin banget. Ta.. ta.. tapi saya tidak tahu caranya,”
“Nggak apa-apa. Nanti ibu ajarin,” ujarnya seraya menggamit lenganku.Ia membawaku ke kamarnya. Kamar dengan ranjang spring bed berukuran besar dan tampak rapi tertutup sprei motif garis-garis.Di kamar Bu Rum, ada meja rias berukuran besar dengan berbagai alat make up di atasnya serta sebuah almari pakaian model antik di samping gambar Bu Rum dan suaminya dalam pose berpasangan mengenakan pakaian adat Jawa. Foto itu sepertinya dibuat saat usianya masih di bawah 40 tahun. Bu Rum terlihat sangat cantik dan seksi. Suaminya, Pak Kirno juga terlihat kekar dan tampan.
Adanya gambar Pak Kirno suaminya di kamar itu, sebenarnya aku sempat grogi. Tetapi melihat Bu Rum sudah telentang di ranjang dan dalam posisi mengangkang, sayang kalau harus melepaskan kesempatan yang sudah berada di depan mata. Aku sudah sering mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan ngentot dengan Bu Rum. Aku juga ingin mengetahui dan merasakan seperti apa rasanya ngentot sebenarnya.
Dengan kontol tegak mengacung aku naik ke ranjang. Hanya aku tetap bingung bagaimana harus memulai. Di antara kedua pahanya yang membuka lebar, memek Bu Rum tampak menganga menunggu batang zakar pria yang mau menyogoknya. Sepasang buah dadanya yang besar, dalam posisi telentang terlihat jadi nggedebleh dan hanya puting-putingnya yang hitam kecoklatan terlihat menantang.
Melihat aku cuma mematung, rupanya Bu Rum menjadi tak sabar. Ditariknya tanganku hingga menjadikan tubuhku ambruk dan menindih tubuh montoknya.Beberapa saat kemudian kurasakan Bu Rum meraba selangkanganku dan meraih kontolku. Batang penisku yang sudah mengacung dikocok-kocoknya perlahan hingga makin mengeras dan membesar.
Oleh wanita itu, kepala penisku digesek-gesekkannya di sekitar bibir kemaluannya. Setelah tepat berada di bagian lubangnya, ia berbisik.”Tekan Win, biar kontol kamu masuk ke memek ibu,” bisiknya lirih di telingaku.
Slessseeppp.. blleeesss. Tanpa banyak hambatan batang kontolku yang lumayan panjang dan besar seluruhnya masuk membenam. Mungkin karena lubang memek Bu Rum yang sudah kelewat longgar dan licin akibat banyaknya lendir yang keluar. Bagian dalam memek Bu Rum hangat dan basah. Dan tanpa ada yang memerintah, seperti semacam naluri, aku membuat gerakan naik turun pinggangku hingga kontolku sekan memompa lubang memek wanita itu.
“Iya begitu Win, terus entot sayang. Ah.. aahhh….aahhh.. kamu merasa enak juga kan,” Aku mengangguk dan tersenyum. Kulihat Bu Rum mulai mendesah-desah.Mungkin ia mulai merasakan enaknya sogokan kontolku. Dan bagiku,kenikmatan yang kurasakan juga tiada tara. Jauh lebih nikmat dibanding mengocok sendiri. Gesekan-gesekan batang kontolku pada dinding memeknya yang basah menghantarkan pada kenikmatan yang sulit kuucapkan.
Aku terus mengaduk-aduk memeknya dengan kontolku. Mata Bu Rum membeliak-beliak dan meremasi sendiri teteknya. Melihat itu aku langsung menyosorkan mulutku untuk mengulum dan menghisapi salah satu putingnya. Pentil susunya yang berwarna coklat kehitaman terasa mengeras di bibirku. “Iya Win… terus hisap sayang… aahhh… aahhh,Kamu ternyata sudah pinter,” ujarnya terus mendesah.Makin lama kusogok dan kuaduk-aduk, lubang memek Bu Rum kurasakan makin basah. Rupanya semakin banyak lendir yang keluar. Bunyinya cepok…cepok… cepok… setiap kali batang kontolku masuk menyogok dan kutarik keluar.
Bosan ngentotin Bu Rum dengan posisi menindihnya, kuhentikan sogokanku pada memeknya. Pasti asyik dan tambah merangsang kalau bisa melihat memeknya yang tengah kusogok-sogok, pikirku membathin. Aku bangkit, turun dari ranjang. Dan tanpa meminta persetujuannya, kaki Bu Rum kutarik dan kuposisikan menjuntai di tepi ranjang.
Tindakanku itu membuat Bu Rum agak kaget. Namun tidak marah dan bahkan sepertinya ia menunggu tindakan yang akan kulakukan selanjutnya. Namun setelah pahanya kembali kukangkangkan dan kontolku kembali kuarahkan ke lubang vaginanya, Bu Rum tersenyum. “Kamu pengin ngentot sambil ngelihatin memek ibu Win? Iya sayang, kamu boleh melakukan apa sajapada ibu,” katanya.
Ternyata menyetubuhi sambil berdiri dan melihat ketelanjangan lawan mainnya benar-benar lebih asyik. Lebih merangsang karena bisa melihat keluar masuknya kontol di lubang memek. Saat kontolku kutekan, bibir memeknya yang berkerut-kerut seperti ikut melesak masuk. Namun saat kutarik, seluruh bagian dalam memeknya seakan ikut keluar termasuk jengger ayamnya yang menggelambir. Pemandangan itu membuat aku kian terangsang dan kian bersemangat untuk memompanya.
Teteknya juga ikut terguncang-guncang mengikuti hentakan yang kulakukan. Aku makin bernafsu dan makin cepat irama kocokan dan sodokan kontolku di liang sanggamanya. Bu Rum tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang dirasakan. Ia merintih dan mendesah dengan mata membeliak-beliak menahan nikmat. Sesekali ia remasi sendiri susunya sambil mengerang-erang.
Aku juga memperoleh nikmat yang sulit kulukiskan. Meski lubang memek Bu Rum sudah longgar tetapi tetap memberi kenikmatan tersendiri hingga pertahananku nyaris kembali jebol. “sshhh … aahh… sshhh… aaakkhhh… memek ibu enak banget. Saya nggak kuat bu,” ujarku mendesahsambil terus memompanya.
“Tahan sebentar Win. Aaahhh.. sshhh… kontolmu juga enak banget,”Bu Rum bangkit memeluk serta menarik pinggangku hingga tubuhku ambruk menindihnya. Kedua kakinya yang panjang langsung membelit pinggangku dan menekannya dengan kuat. Selanjutnya Bu Rum membuat gerakan memutar pada pinggul dan pantatnya. Memutar dan seperti mengayak. Akibatnya batang kontolku yang berada di kedalaman lubang memeknya serasa diperah.
Kenikmatan yang kurasakan kian memuncak. Terlebih ketika dinding- dinding vaginanya tak hanya memerah tetapi juga mengempot dan menghisap. Kenikmatan yang diberikan benar-benar makin tak tertahan.”Ooohh… aahh… aahhh.. ssshhh… aakkhh enak banget. Saya …aaahhh nggak kuat Bu. Ohhh enakkkhhh bangeet,”
“I..iiya Win, ibu juga mau nyampe. Tahan ya sebentar ya..aaahhh…sshhh.. sshhhh…aahhh….ssshh ….aaaoookkkh,”
Goyangan pantat dan pinggul Bu Rum makin kencang. Dan puncaknya, ia memeluk erat tubuhku sambil mengangkat pinggangnya tinggi-tinggi. Saat itu, di antara rintihan dan erangannya yang makin menjadi kurasakan tubuhnya mengejang dan empotan memeknya pada kontolku kian memeras.
Maka muncratlah spermaku di kehangatan lubang memeknya berbarengan dengan semburan hangat dari bagian paling dalam vagina guru mengaji ibuku.Karena kenikmatan yang aku dapatkan, cukup lama aku terkapar di ranjang Bu Rum. Saat aku terbangun, Bu Rum sudah menyiapkan segelas teh panas dan mengajakku menyantap lontong dan opor ayam bikinan ibuku. Kami menyantapnya dengan nikmat. Bahkan dua bungkus rokok kegemaranku telah tersedia di meja makan. Kata Bu Rum, ia menyempatkan membelinya di warung Lik Karni saat aku tertidur.
Malam itu Bu Rum benar-benar melampiaskan hasratnya yang tertahan cukup lama. Sesudah makan aku diajaknya bergumul di karpet di ruang tengah di depan televisi lalu berlanjut di ranjang kamar tidurnya. Aku bak seorang murid baru yang cerdas dan cepat pintar menerima pelajaran. Ia mengaku sangat menikmati dan merasa puas oleh sogokan-sogokan kontolku di memeknya yang memiliki jengger ayam.
“Ibu kira udah nggak bakalan merasakan enaknya yang seperti ini lagi. Karena sudah lima tahun lebih sejak bapak kena stroke tidak pernah mendapatkannya. Makanya terpaksa pakai pisang dan kadang kontol karet kalau lagi kepengen,” katanya sambil meremas gemas kontolku setelah persetubuhan yang keempat kalinya malam itu.Ternyata wanita yang selalu tampil bak muslimah yang taat itu, juga memiliki beberapa koleksi film porno. Ia sempat menyetel sejumlah koleksinya untuk ditonton bersamaku saat istirahat setelah ngentot yang ketiga di depan televisi. Namun yang mengejutkan, karena “nonton bareng” film porno aku jadi tahu kalau ibuku juga penggemar film porno.Itu terlontar secara tak disengaja oleh Bu Rum. Kata Bu Rum yang paling banyak dikoleksi adalah yang menggambarkan adegan incest atau hubungan seks antar anggota keluarga.
Saat itu Bu Rum memutar dua film. Film pertama menggambarkan adegan seks antara pria muda berkulit hitam dengan wanita tua kulit putih. Sang wanita kulit putih dibuat merintih dan mengerang karena sogokan kontol pria pasangannya yang perkasa. Bahkan akhirnya si wanita merelakan anusnya dijebol kontol panjang sang negro muda.
Film kedua yang merupakan semi film cerita mengisahkan wanita STW yang  bekerja di perusahaan penebangan hutan. Suaminya selalu pergi cukup lama dan hanya beberapa hari tinggal di rumah karena pekerjaannya itu.Si ibu yang sering merasa kesepian saat suaminya pergi, sering mengobel-ngobel sendiri memek dan itilnya saat hasrat seksnya datang.Ulah si ibu sering dipergoki secara diam-diam oleh pria remaja yang merupakan anak sulungnya. Maka di satu kesempatan, saat tengah bermasturbasi dan sang anak tak tahan menahan nafsu ia mendekati sang ibu. Keduanya larut dalam permainan panas di dapur, ranjang dan bahkan di kamar mandi tanpa peduli bahwa sebenarnya mereka pasangan ibu dan anak.
Usai pemutaran film yang kedua, kukatakan pada Bu Rum bahwa dibanding film yang pertama, adegan seks ibu dan anak yang paling bagus. Tetapi komentarku itu membuat Bu Rum keceplosan. Tanpa sadar ia menyebut bahwa film porno itu dipinjam dari Bu Narsih (nama ibuku). Saat itu ia berusaha meralat. Ia mungkin baru bahwa yang diajaknya bicara adalah aku anak Bu Narsih. Tetapi akhirnya Bu Rum tersenyum dan berterusterang.
“Keinginan manusia akan seks kan manusiwai Win. Seperti ibu dan ibumu,meskipun sudah berumur tetapi kebutuhan akan itu masih belum padam,”kata Bu Rum.
Ibuku memang sudah 3,5 tahun menjada setelah ayah meninggal akibat menderita diabetes cukup lama. Untuk menikah lagi mungkin malu karena cucunya sudah tiga yang diperoleh dari Mbak Ratri, kakak perempuanku.Bahkan salah satu cucunya sudah duduk di bangku SLTP. Maka ia memilih memendam hasratnya dan lebih menyibukkan diri pada usaha jual beli perhiasan berlian yang menjadi usahanya selama ini.
Menurut Bu Rum, koleksi film-film porno yang dimiliki ibuku cukup banyak. Koleksi film seksnya yang berthema hubungan seks sedarah tergolong lengkap. Bahkan Bu Rum mengaku, ia mengenal penis palsu dari karet yang dikenal dengan sebutan dildo juga dari ibuku. “Pergaulan ibumu kan luas terutama dengan ibu-ibu dari kalangan menengah atas. Mungkin dari ibu-ibu yang menjadi sasaran bisnisnya itu ia jadi mengenal banyak hal,” ujar Bu Rum menambahkan.
Meskipun sangat kaget, tetapi aku tidak mencoba memperlihatkannya di hadapan Bu Rum. Sebab sebagai anaknya aku tidak pernah melihat ibu nonton film porno atau barang-barang berbau seks yang dimilikinya. Di kamar tidur ibu memang ada televisi berukuran besar dan perangkat pemutar DVD. Tetapi kebanyakan film-filmnya adalah film hindustan karena ibu penggemar berat bintang Shah Ruk Khan. Berarti ia memiliki tempat penyimpanan khusus, ujarku membathin.Sekitar pukul 03.00 dini hari, dengan tubuh lunglai aku meninggalkan rumah Bu Rum dengan mengendap agar tidak dipergoki warga lainnya. Ibuku membukakan pintu sambil menggerutu. Katanya mengganggu orang tidur.Tetapi wajahnya kulihat tidak seperti orang bangun tidur. Bahkan televisi di kamarnya terdengar masih menyala. Seperti kebiasaanya saat tidur ia selalu mengenakan daster longgar.Tetapi saat itu dasternya kelewat tipis hingga terlihat membayang lekuk-liku tubuhnya yang aduhai. Ternyata ia juga tidak memakai kutang dan celana dalam sampai-sampai kulihat tonjolan putingnya pada sepasang buah dadanya yang hampir sama besar dengan punya Bu Rum. Ah bisa jadi ibu bukannya tidur. Tetapi lagi asyik mengocok-ngocok memeknya dengan kontol karetnya sambil nonton adegan seorang ibu yang tengah ngentot sama anak lelakinya. Hanya karena terlalu kecapaian, aku langsung masukkamar dan tidur.***

ibu mertua oh

Namaku Heri, umurku sekarang ini 26 tahun. Ini adalah pengalamanku yang benar-benar nyata dengan Ibu mertuaku. Umurnya belum terlalu tua baru sekitar 45th. Dulunya baru umur 18 tahun dia sudah kimpoi. Ibu mertuaku bentuk tubuhnya biasa-biasa saja malah boleh dikatakan langsing dan singset seperti perawan. Tak heran sebab hingga kini ia masih mengkonsumsi jamu untuk supaya selalu awet muda dan langsing.

Singkat cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku. Hingga suatu saat aku mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu pertamanya itu. Aku biasa mengantarnya dengan motorku. Namun kali itu turun hujan ditengah perjalanan. Karena sudah basah kuyup dan hari sudah menjelang tengah malam aku paksakan untuk menerobos hujan yang deras itu.
Setiba dirumah aku ingin segera membersihkan badan lalu menghangatkan badan. Di rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena kakak iparku tinggal ditempat lain. Sedangkan adik iparku yang biasa menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara tinggal dirumahku untuk menjaga istriku.
“Kamu mandi aja deh sana, Her” Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi
“Ah.. nggak usah.. Ibu duluan deh” Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu
“Udah.. Ibu disini aja” Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan cuci piring diluar kamar mandi. Karena disitu juga ada air keran.
“Yah.. udah deh” Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi.
Suasana waktu itu agak remang-remang karena lampu penerangannya hanya lampu bohlam 5 watt. Aku iseng ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang sebenarnya ketika ia telanjang bulat. Maka aku singkapkan sedikit pintu kamar mandi dan menontonnya melepas satu per satu bajunya yang sudah basah kuyup karena kehujanan. Dia tidak tahu aku menontonnya karena dia membelakangiku.
Aku perhatikania mencopot kaus T-shirt-nya ke atas melewati bahu dan lehernya. Lalu BH-nya dengan mencongkel sedikit pengaitnya lalu ia menarik tali BH-nya dan BH itupun terlepas. Adegan yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya. Sret.. celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan CD-nya. Jreng..! Aku lihat kedua buah pantatnya yang kencang dan montok itu menantangku.
Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan lebih dan lagi dihadapkan dengan pemandangan seperti itu. Aku nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang.
“Eh.. Her.. ini apa-apaan.. Her” hardik Ibu mertuaku.
“Bu.. tolongin saya dong, Bu” rayuku
“Ih.. apaan sih..?!” Katanya lagi
“Bu, udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi.. tolong dong, Bu” bujukku lagi
“Tapi aku inikan ibumu” Kata Ibu mertuaku
“Bu.. tolong, Bu.. please banget” rayuku sambil tanganku mulai beraksi.
Tanganku meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku memelintir putting susunya. bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya. Tanganku yang satu lagi memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku. Batang penisku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan. Ibu mertuaku mulai bereaksi. Tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor. Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua. Nafasnya memburu dan mulai mendesah-desah.
“Dikamar aja yuk, Bu” bisikku
Aku papah Ibu mertuaku menuju kamarnya. Aku baringkan dia tempat tidur. Aku buka kedua kakinya lebar-lebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan batang penisku. Tapi aku belum mau memulai semua itu.
“Tenang aja dulu, Bu. Rileks aja, Ok?” Kataku.
Aku mengarahkan mukaku ke liang vaginanya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya.
“Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf.. hh.. ooghh” Ibu mertuaku mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku.
Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja ia merasakannya. Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang satu ini.
“Enak kan, Bu..?” Kataku
“Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. koq.. gak jijik.. sih, Her?” Tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya.
“Enggak, Bu.. enak koq.. gimana enak gak?”
“Hmh.. iyahh.. aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Her.. sshhtt” jawab Ibu mertuaku sambil terus merintih dan mendesah.
“Itu baru awalnya, Bu” Kataku.
Kali ini aku kulum-kulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku. Aku lihat sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum dan mengejang. Ia lebih mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya. Tak sampai disitu aku terobos liang vaginanya dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam ke liang vaginanya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang vaginanya. Seiring dengan liukanku pinggul Ibu mertuaku ikut juga bergoyang.
“Ough.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh.. hmh.. ough.. shhtt.. ough.. hmh.. oufghh.. sshhtt” suara itu terus keluar dari mulut Ibu mertuaku menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan.
Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang vaginanya. Baru aku arahkan batang penisku ke liang vaginanya tiba-tiba tangan halus Ibu mertuaku memegang batang penisku dan meremas-remasnya.
“Auw.. diapain, Bu..?” Tanyaku
“Enggak.. ini supaya bisa lebih tahan lama” Kata Ibuku sambil mengurut batang penisku.
Rasanya geli-geli nikmat bercamput sakit sedikit. Sepertinya hanya diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama.
“Guedhe.. juga.. punya kamu, Her” Kata Ibu mertuaku sambil terus mengurut batang penisku.
“Iya dong, Bu” Kataku.
Kali ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi mengurut batang penisku. Tangan yang satunya lagi mengurut-urut buah pelirku dan yang satu lagi seperti mengocok namun tidak terlalu ditekan dengan jari jempol dan telunjuknya. Tak lama kemudian..
“Egh.. yah.sudah.. pelan-pelan.. yah sayang” Kata Ibu mertuaku sambil menyudahi pijatan-pijatan kecilnya itu dan mewanti-wantiku supaya tidak terlalu terburu-buru menerobos liang vaginanya.
Aku angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba menerobos liang vaginanya dengan batang penisku yang sedari tadi sudah keras dan kencang.
“Ouh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan, Her” Kata Ibu mertuaku ditengah-tengah deru nafasnya.
“Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan koq” Kataku sambil perlahan-lahan mendorong penisku masuk ke liang vaginanya.
“Ih.. punya kamu guedhe banget, sayang.. ini sih.. gak normal”Katanya
“Kan tadi udah diurut, Bu” Kataku.
Aku teruskan aksiku penetrasiku menerobos liang vaginanya yang kering. Aku tidak merasa istimewa dengan batang penisku yang panjangnya hanya 15cm dengan diameter sekitar 3 cm.
Dengan sedikit usaha.. tiba-tiba.. SLEB-SLEB-BLESSS! Batang penisku sudah masuk semua dengan perkasanya kedalam liang vagina Ibu mertuaku.
“Ough.. egh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja yah, sayang” Kata Ibu mertuaku yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru.
Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu mertuaku berputar-putar seperti penyanyi dang-dut.
“Ough.. gilaa, Bu.. asyik.. banget..!” Kataku sambil merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya.
“Ough.. sshtt.. egh.. sshh.. hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh” Ibu mertuaku tidak menjawab hanya memejamkan mata sambil mulutnya terus mendesah dan merintih menikmati kenikmatan sexual.
Baru sekitar 30 menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti posisi. Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional. Aku mau menawarkan variasi lain pada Ibu mertuaku..
“Eh.. Ibu yang di atas deh” Kataku.
“Kenapa, sayang.. kamu capek.. yah..?” Tanyanya.
“Gak” jawabku singkat.
“Mo keluar yah.. hi.. hi.. hi..?” Godanya sambil mencubit pantatku.
“Gak.. ih.. aku gak bakalan keluar duluan deh” Kataku sesumbar.
“Awas.. yah.. kalo keluar duluan” Goda Ibu mertuaku sambil meremas-remas buah pantatku.
“Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama aku”Kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya
“Auw.. hi.. hi.. hi” Ibu mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny.
Dengan berguling ke samping kini Ibu mertuaku sudah berada di atas tubuhku. Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku. Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga masih kencang dengan putting susu yang mengacung ke atas menantangku. Aku juga duduk dan meraih putting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum. Ibu mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini cukup ia yang pegan kendali. Ibu mertuaku kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar seperti Inul Daratista.
“Egh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. ough.. egh.. hmf” desah Ibu mertuaku.
“Gila, Bu.. enak banget..!”
“Ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough” Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil terus meliuk-liukkan pinggulnya memainkan batang penisku yang berada didalam liang vaginanya.
Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan. Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya. Batang penisku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi. Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi itu. Bisa dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi.
“Ough.. sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.. eeghh.. enak.. ough” liukan pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak karuan.
“Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mo nyampe” Kata Ibu mertuaku.
“Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh” Kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku.
“Egh.. iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough” Ibu mertuaku merespons gerakanku untuk membantunya orgasme.
Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk keluar juga.
“Hmfh.. terusshh.. iyah.. ough.. oughh.. AAAUGHH.. OUGH.. OUGH.. OUGH” Ibu mertuaku telah sampai pada orgasmenya.
Pada batang penisku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras membasahi batang penisku. Ibu mertuaku menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dan nafasnya yang tersengal. Ibu mertuaku telah berhenti melakukan liukan pinggulnya. Hanya denyutan-denyutan kencang didalam liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti menyedot-nyedot batang penisku Dan.. CROT.. CROTT.. CROTTT..! muncrat semua air maniku diliang vagina Ibu mertuaku.
“Bu, kerasa nggak air mani saya muncratnya..?” Tanyaku
“Eh.. iya, Heri sayang.. Ibu udah lama pengen beginian” Kata Ibu mertuaku
“Iya.. sekarang kqn udah, Bu” Kataku sambil mengecup keningnya
“Oh.. kamu.. hebat banget deh, Her” Kata Ibu mertuaku sambil membelai-belai rambutku.
“Itu semua kan karena Ibu” Kataku memujinya
“Ih.. bisa aja.. kamu” sahut Ibu mertuaku sambil mencubit pinggulku.
Ibu mertuaku masih di atas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari istriku yang menyuruhku supaya menginap saja dirumah Ibu mertuaku. Setelah telepon di tutup aku memekik kegirangan. Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan melakukannya sepanjang malam hingga menjelang subuh kami sama-sama kelelahan dan tidur. Entah sudah berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi. Pagi harinya kami masih melakukannya lagi dikamar mandi untuk yang terakhir lalu setelah itu aku sarapan dan pulang.

istriku ngentot dengan managernya

Yah , Aku namaku Joko Santoso . umurKu 29 tahun . Sedangkan istriKu bernama Sherly berumur 27 tahun . Kulitnya putih , matanya sipit , cantik sekali . Dan Kami baru menikah 3 tahun . Belum memiliki keturunan . Aku sangat mencintainya . Aku tak mau kehilangannya .15 menit berlalu , Akhirnya Aku turun dari mobil dan masuk kekantor istriKu . Semua ruangan kantor rata rata sudah gelap , karena lampu telah di padamKu . Tapi ruang kantor istriku masih menyala , Jendelanya tertutup tirai . Aku mendekat dan mendengar suara cekik kikan . Aku mengitip dari sela sela tirai .KepalaKu seperti di hantam palu besar . Aku melihat Ganda , sedang menjilati buah dada istriKu . Dan istriKu , mengelijing ,dan mendesah “ ashh.. Gan… geli….” Suaranya pelan . Pak Ganda adalah GM , yang berarti jabatannya di atas istriKu . IstriKu sering menceritakan tentang Pak Ganda . Dan Dia pernah memperkenalkan Ku pada Pak Ganda ini . Tapi Aku tak menyangKa… Ingin Aku masuk ke ruangan itu , dan memukuli Pak Ganda . Tapi Aku urungkan , Aku memilih menonton saja , Aku mau lihat sampai di mana kelakuan istriKu . Tak lama setelah puas Pak ganda menjilati buah dada istriKu , Pak Ganda membuka celananya . dan dia duduk di meja . penisnya terlihat ngaceng . Harus aku akui ******nya , lebih besar dari Ku .IstriKu tanpa malu malu , langsung menciumi penisnya . Lalu menjilati dan mengemotnya . IstriKu terlihat sangat nafsu , Dia mengocok batang penisnya , dan mulutnya mengemut kepala penisnya . Se ingatKu selama tiga tahun menikah dengannya Sherly tak pernah menservis Ku seperti ini . Aku melihatnya , dan tanpa Aku rasa penisku mendaji tegang . Aku mengelus ngelus peniskuKu sendiri , dan membayangkan kalau Sherly sedang menjilati penisKu .Setelah itu , Pak ganda berdiri , lalu melepas seluruh pakaian istriKu . IstriKu lalu duduk di meja , hanya memakai celana dalam merah , yang Aku belikan waktu hari Valentin . Pak Ganda lalu menciumi istriku , dan berbisik . “ kamu cantik sekali Sheerly , Aku ingin menjilati vaginamu dan bersetubuh dengan sayang , boleh ya sayang…” . Sherrly menciumnya dan berkata “ Boleh aja Mas Ganda….” . Lalu Pak Ganda melepas celana dalam istriKu .Dan menjilati vagina istriku dengan penuh nafsu . IstriKu mengelijing , matanya terpejam , menikmati jilatan Pak Ganda . Aku memang tahu , istriku paling suka di oral . Dan Dia tak akan tahan , pasti sebentar saja orgasme . Pak Ganda dengan rakusnya menjilati vagina istriKu . Aku mendengar samar samar desahan istriKu “ ahhh mas , ahh udah gatel banget , mas Aku mau keluarr…..” . Tak lama istriku mengejang . Tubuhnya bergetar . “ Mas masukin sekarang , ayo mas , Gatel nih..” .JantungKu berdegup keras , penisnya yang besar itu mulai di masukan ke lobang vagina istriku . Dengan penisku yang lebih kecil dari penis pak Ganda saja, Aku merasa liang vagina nya sempit , Apa lagi penis pak Ganda yang besar . Dan “ Ahhh , pelan pelan mas , sakit…” kata istri Ku .Dan pak Ganda mulai bergoyang ,dengan irama birahi yang mengebu , Istriku mengelijing . Istriku nampak sangat menikmati penis besar pak Ganda . Kulit pak Ganda yang Hitam , tampak kontras dengan Sheerly yang putih . Aku terus saja mengelus elus sendiri penisku yang ngaceng itu .Pak Ganda terus saja mengoyang istriKu dengan nafsu . dan beberapa saat kemudian , Pak Ganda ejakulasi di liang vagina istriKu . Dan Aku juga ejakulasi , tanganKu basah akibat sspermaKu sendiri . Aku melihat mereka segera rapi rapi , istriku melap vagina nya pakai tisuue dan , Aku buru buru lari ke mobil .Aku segera meng HP istriKu . “ sayang , aku di kantormu nih …” . Aku berkata seakan akan tak tahu apa apa dan tak terjadi apa apa . IstriKu berkata “ Oh ..iya kebenaran Mas , rapatnya juga sudah selesai….” .Aku berpikir , pantas selama ini istriku selalu memakan obat anti hamil , alasannya belum siap punya momongan . Pikiran Ku kacau , Aku yakin istriKu tidak hanya main dengan Pak Ganda .Aku membawa juga istriKu ke restoran . Dia makan dengan lahap , sedangkan Aku .. nafsu makanKu menurun . Tapi Aku tetap berpura pura tak tahu apa apa .Malamnya saat istriKu tertidur pulas , Aku masih terjaga . Aku perlahan membuka celana dalam istriKu . Aku melebarkan kakinya . Menatap vagina istriKu yang tadi habis di goyang sama Pak Ganda . Aku menguak bibir vaginanya , terasa sedikit lembab. penisku jadi ngaceng . Aku memjilati memeknya . Istriku mengeliat , tapi tak bangun .Lalu Aku memasukan penisKu ke liang vaginanya . Istriku mengeliat , tapi matanya terpejam . Aku merasakan memek istriku tetap sempit . Aku terus mengoyangnya . Aku merasakan makin lama vaginanya makin basah . Istriku tetap memejamkan matanya , hanya suara desahan desah lemah , keluar dari bibirnya yang sexy. Aku terus mengoyangnya sampai Aku ejakulasi . Aku memakaikan celana dalamnya lagi , lalu Aku tertidur .

istriku dientot gigolo sampai k.o

Lima belas tahun setelah aku menikahi istriku, aku merasakan adanya kurang puas pada istriku dalam hal hubungan seks kami selama ini. Beberapa bulan terakhir ini apabila kami berhubungan, khususnya saat-saat istriku gairahnya naik dan kemungkinan sedang menjelang orgasmenya dia selalu mengerang dan mendesahkan kata-kata,

"Gede-in dong, Mas, ayoo, gede-in lagi, Mas.. Ayyoo. Mas aku pengin lebih gede lagii.."

Dan aku mesti tanggap akan desahan macam itu. Hal itu terutama karena aku maupun istriku meyakini bahwa desahannya itu tak mungkin aku penuhi. Penisku yang, yahh.., sedang-sedang saja mungkin jauh dengan khayalan kami, aku dan istri, yang selama ini juga termasuk senang nonton BF baik VCD maupun via internet.

Kita semua tahu tontonan fantasi itu banyak memicu libido kami yang memang sering kami perlukan untuk mencari variasi dalam hubungan seks kami. Dan di sana kita menyaksikan betapa para cantik dan tampan plus perlengkapan mereka yang nempel sebagai bagian tubuhnya seperti penis, buah dada dan pantat maupun yang palsu seperti "dildo" dan sebagainya ukurannya sungguhlah ideal fantastis.

Dan itu akhirnya yang menjadi obsesi kami, termasuk yang akhirnya tersalur dalam desahan istriku tadi. Suatu malam ketika kami dalam keadaan asyik masyuk, pada saat-saat menghadapi puncak-puncak gairah birahi, kudengar kembali desahan itu,

"Mas, gede-in dongg.., ayyoo, mass.. Gedeinn.., aku pengin yang gedeeii.. Mass..".

Ah, Surti.., benarkah ucapanmu itu..?? Benarkah ke-inginan kamu itu..?? Aku setengah bertanya dalam bisu. Aku tidak berani bertanya secara langsung.

Aku belum tahu akan risikonya apabila dia benar-benar menginginkan hal itu. Aku juga takut kalau dia benar-benar menginginkan dan aku tidak mempedulikan. Aku merinding dan gemetar kalau membayangkan dia sendiri yang mencari jalan diluar pengetahuan saya. Aku sangat takut dia melakukan selingkuh. Aku sangat mencintainya. Aku percaya, kalau dia mau, dengan gampang mendapatkan lelaki macam manapun yang dia inginkan. Kecantikan dan sensualnya akan dengan cepat membuat setiap lelaki siap memuaskan syahwatnya.

Aku sangat menderita apabila memikirkan semuanya itu. Aku demikian gelisah dan gundah hingga sering terbawa dalam mimpi-mimpiku. Hanya pada mimpiku terakhir beberapa malam yang lalu dari tidurku yang sama sekali sulit untuk nyaman, aku mendapatkan perasaan yang aneh.

Sepertinya aku sedang menyaksikan istriku digauli dan berhubungan seks dengan seorang pria yang sangat tampan. Yang aneh adalah aku merasakan birahi saat menonton Surti yang berteriak histeris dilanda nikmat syahwatnya. Sayang aku terbangun sebelum mimpiku selesai. Penisku ngaceng dan birahiku yang masih menyala-nyala mendesak-desak untuk diselesaikan. Pagi itu aku melakukan onani tangan dengan mengingat-ingat bagaimana istriku dengan penuh nafsu secara aktif meladeni segala kemauan pasangannya sebagaimana yang kusaksikan dalam mimpiku. Aku merasakan kepuasan yang amat sangat saat spermaku muncrat-muncrat..

Yaa.., aku merasakan kepuasan syahwat yang luar biasa dengan mengingat gambaran istriku digauli orang lain. Sejak saat itu, aku sering onani dengan membayangkan istriku Surti, digauli lelaki lain.

Pada suatu hari saat aku beranjak pulang dari kantor, saat aku bosan dengan berbagai hal aku iseng beli "koran got". Aku suka sebut dengan "koran got" itu karena isinya memang pantes untuk dicemplungkan ke-got saja. Isi koran itu hanya penuh berita kriminil, kecelakaan yang serem-serem atau cerita hantu atau penyelewengan suami istri yang diungkapkan secara vulgar. Tetapi koran itu sangat laris. Pembacanya adalah masyarakat kelas bawah yang memang haus hiburan seperti tukang ojek, supir metro-mini atau pedagang K-5.

Singkat cerita sesudah membaca "head line"-nya aku langsung aku membuka-buka halaman bergambar untuk sekedar pelipur lara dan tak kulewatkan juga membaca larik-larik iklan mini.

Pada kelompok iklan Panti Pijat aku baca sederet iklan.

Ternyata banyak informasi yang membuat libido bergoyang. Antara lain, lihat, Panti Surgawi, buka 24 jam, sedia pemijat cantik dan ganteng. Hubungi no. HP xx8907. Kemudian lainnya, Pijat Gairah untuk suami istri, ditanggung memuaskan, hubungi 021-8877xx. Dari sekian iklan itu tiba-tiba ada iklan yang menarik bagiku, bunyinya begini, Pijat Sehat hubungi Pria, Ramon, usia 28 tahun, turunan Arab, tinggi 175 cm, berat 65 kg, tampan, berkumis dan bulu dada, size 18/5, ditanggung memuaskan. Bisa dipanggil ke rumah atau hotel. Hubungi 24 jam, HP no. 0818xx.

Ah, aku jadi langsung ingat istriku. Aku mau tunjukkan padanya iklan macam itu. Aku pengin tahu, adakah macam itu yang memang dia butuhkan. Yah, tetapi aku tetap harus hati-hati, agar tidak meninggung perasaannya. Cari" timing"-lah.

Tadi malam aku kembali mendengar desahan itu. Saat-saat aku konsentrasi untuk melepas spermaku dia kembali,

"Gede-in Mas, ayoo.., gede-in dulu Mas.. Yang gede yang enak, Mas..".

Bagaimana mungkin? Dan aku terus saja mengayunkan kemaluanku yang pas-pasan ukurannya ini hingga spermaku tumpah ke liang vaginanya.

Tetapi kali ini ada yang aku cemaskan.

Kali ini dia, Surti istriku ini mengakhiri hubungan seks tanpa mendapatkan orgasmenya sama sekali. Aku tahu itu. Aku tahu apabila dia mendapatkannya dia akan menunjukkan luapan emosi syahwat yang nyata banget. Tetapi kali ini tidak. Dan itu nampak membuatnya kecewa dan menderita. Dan akhirnya kami tidak bisa tidur hingga larut malam. Pada kesempatan itulah aku tunjukkan padanya koran yang kubeli dan kusimpan untuknya.

"Bagaimana, Ma, kalau itu kita coba saja? Mama percaya nggak ada iklan ini?"

Istriku ini sesungguhnya sangat pemalu, termasuk di depan aku suaminya. Walaupun dia baca juga iklan itu dia nggak akan menjawabnya untuk tawaranku macam ini. Dan akulah yang harus mengerti sendiri jawabannya. Dan ada satu hal lagi, yang rasanya kini justru datang dari aku sendiri. Kebiasaanku onani dengan membayangkan lelaki lain menyetubuhi istriku Surti mendorong syahwatku untuk melihat secara nyata kejadian itu.

Aku ingin mimpi-mimpiku itu menjadi kenyataan. Duhh.. Gigiku gemelutuk menggigil dan gemetar dengan apa yang mungkin akan terjadi..

Aku jumpa istriku saat sama-sama kuliah di UKI. Dia adalah yuniorku dengan selisih 3 tahun kuliah. Surti, demikian panggilannya, memiliki postur tubuh yang langsing dan getas. Dengan warna kulitnya yang coklat kuning, dia masih termasuk punya darah biru. Kecantikannya dikenal di seputar kampus. Dari sekian pesaing, akulah yang beruntung menjadi pemenangnya untuk mengajak ke pelaminan.

Orang tuanya masih ada hubungan sebagai cucu raja Jawa, entah dari permaisuri atau selir yang ke sekian. Dengan tinggi yang 167 cm dan berat 55 kg, dia nampak sangat sportif dan lincah. Sepintas posturnya mengingatkan figure Dyah Permatasari yang bintang sinetron itu. Dua orang anak hasil perkawinan kami dibesarkan di Solo sesuai dengan keinginan mertua kami agar lebih mengenal tradisi dan budayanya.

Di Jakarta kami masing-masing punya kegiatan dan bekerja. Kami memiliki cukup materi dan lingkungan social yang baik. Kami sama-sama sepakat bersikap demokrat dan liberal dalam memandang liku-liku kehidupan ini. Kami terbiasa berfikir positip dalam banyak hal. Dalam hal hubungan seks, saat ini kami lakukan sebagai penyaluran kebutuhan biologis semata. Dan itu kami lakukan dengan semangat rekreasi dengan penuh kesenangan.

Dan untuk masalah iklan tadi kini aku nggak akan tanya untuk yang ke 2 kali. Aku cukup lihat cahaya di matanya. Aku tahu aku harus mengambil inisiatip. Artinya dia mempercayakan padaku dan aku bertanggung jawab atas apapun risiko yang akan dihadapi. Saat itu pula, jam 23.35 WIB, tanpa ambil risiko memakai nomer telpon rumah, aku putar no. HP-nya melalui HP-ku.

Sesaat kemudian ada jawaban. Ternyata aku berhadapan dengan mesin rekaman yang minta agar aku merekam pesanku pada HP-nya. Aku lakukan dengan cukup mengatakan, "Hubungi kami segera".

Ternyata tidak sampai 10 menit HP-ku bergetar. Aku memandang istriku, tetapi dia nampak acuh saja. Kuraih HP dan kubuka jawaban, "Hallo".

Benar, aku menghadapi dan berbicara dengan Ramon. Dia minta maaf tidak segera membuka HP-nya karena kebetulan sedang membereskan buku-bukunya. Dia ceritakan bahwa saat ini sedang melanjutkan kuliah untuk meraih S2-nya. Dia seorang arsitek. Dia memang memerlukan dana untuk kelanjutan kuliahnya. Dia menyerahkan padaku di mana dan kapan kami sama-sama jumpa. Dan dia sangat tahu problem macam kami. Dia akan berusaha sebisanya untuk menolong kami, katanya. Ah, kedengarannya santun dan intelek banget. Benarkah?

Aku ceritakan pembicaraanku dengan Ramon pada istriku. Dia tetap saja menunjukkan ke-acuhannya. Tidak menolak dan tidak meng-iya-kan. Mungkin dia malu untuk menunjukkan girangnya. Siapa tahu.
Aku janji besok untuk mendapatkan konfirmasi tempat di mana yang paling nyaman dan aman. Kami tidak ingin hal macam ini mesti ketemu orang lain yang kami kenali.

Hotel IBS, kamar 534 & 535
Sesudah berpikir-pikir dan berputar-putar akhirnya aku memilih yang paling aman dan nyaman, Hotel IBS berbintang 4, yang terletak di seberang perempatan Manggala Wana Bhakti. Hotel itu merupakan group hotel Internasional. Hotelnya tersebar di seluruh dunia.

Di Jakarta mungkin ada 3 atau 4 hotel dari group dan nama yang sama. Sesudah konfirmasi dengan istriku, OK atau tidak nya, kemudian dengan Ramon untuk menetapkan waktu dan tempatnya, aku pastikan untuk booking 2 kamar connecting door dengan no. 534 & 535. Ini sebetulnya permintaan istriku, yang akhirnya keluar juga omongannya, alasannya nanti dia akan ceritakan saat ketemu sore nanti.

Dengan cara rasional dan praktis saja, aku dan istriku sepakat ketemu di restoran hotel jam 19.00 wib. Kupikir ada baiknya si Ramon juga kami temui dulu di tempat tersebut. Jadi kami sama-sama makan malam sekalian.

Ternyata aku dan Ramon datang lebih dulu. Istriku belakangan karena terjebak macet dari kantornya yang di jalan Sudirman. Sementara menunggu aku sempat sedikit memberikan introduksi kepada Ramon bagaimana kami sebagai suami istri. Aku tidak tahu apakah hal ini ada gunanya. Dan yang lebih penting lagi, ternyata Ramon ini orangnya sangat "handsome" dan nampak cerdasnya.

Dari ceritanya yang tak terlampau banyak, aku tahu bagaimana dia memandang hidup ini juga pragmatis dan positip saja. Jadinya tidak begitu beda dengan kami. Mengenai usia istriku yang hampir 38 tahun, lebih tua 10 tahun dari dia, bagi Ramon nggak masalah.

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jasa untuk Ramon tidak ada masalah. Dia akan tidur menemani istriku hingga besok pagi. Dan, sesuai dengan yang tersebut dalam iklannya, dia juga tawarkan kepadaku kemungkinan untuk "threesome", bersama bertiga dalam satu ranjang. Jawabanku adalah, untuk yang pertama ini biarlah aku menyaksikan saja dari balik pintu kamar sebelahnya.

Nampak istriku di ambang pintu restoran mencari kami dan kemudian mengajukan langkahnya. Duh, cantik benar Surtiku ini. Mungkin dia datang terlambat untuk ke salon mempercantik diri dulu. Lihatlah, lantai granit restoran yang mengkilat ini membuat bayangan tubuhnya bak peragawati sedang melangkah-langkah di "catwalk"-nya. Dia benar-benar bidadari.

Dan sesaat sesudah istriku datang dan sejenak duduk, sambil bersalaman kenalan dengan spontan penuh kekaguman Ramon membisikkan padanya bahwa "Jeng Surti" amatlah cantik. Hal ini menjadi sangat penting dalam perjalanan petualangan ini selanjutnya.

Sikap istriku langsung cair yang ditunjukkan dengan senyumannya yang sangat menawan itu. Panggilan "jeng" yang lekat dengan budaya Solo ini membuatnya langsung akrab antara ke-duanya. Ramon ini sangat paham psikologi orang rupanya. Tentu saja, walaupun kobaran cemburuku menyala, hatiku gembira melihat perkembangan yang terjadi.

Syahwatku mengaliri urat-urat darahku. Kini aku sangat ingin selekasnya menyaksikan bagaimana istriku ini digauli orang lain. Aku pengin melihat bagaimana dia menerima kenikmatan syahwat yang akan diberikan Ramon padanya. Aku pengin lihat bagaimana wajahnya yang terhanyut dalam ayunan gairah libido bukan dengan aku, suaminya. Dan aku pengin lihat, bagaimana istriku menikmati kemaluan Ramon yang gede itu. Ahh.., rasanya celana dalamku menyesak.
Selama makan malam, beberapa kali aku meninggalkannya dengan alasan ke toilet atau apa. Aku ingin memberikan kesempatan menjalin keakraban di antara mereka. Nampaknya mereka tahu dan memahami tingkahku. Mereka gunakan se-efektif mungkin untuk saling lebih dekat.

Jam 20.30 wib, saat yang pas untuk menyelesaikan acara makan malam ini. Pada Ramon aku berikan kunci kamar 534. Aku ceritakan mengenai "connecting door"-nya itu. Dia langsung beranjak menuju ke kamarnya. Aku jalan sama istriku ke kamar 535.

Rupanya istriku ingin mendapatkan kepastian dariku. Di dalam lift, kebetulan nggak ada orang lain, dia melakukan cek & recek, bahwa aku benar-benar mendukung ide ini. Apa lagi dia tetap memberikan kesempatan padaku untuk mengawasi apapun yang nanti berlangsung. Untuk itulah perlunya ada 2 kamar.

Dia bilang akan kagok apabila aku langsung berada sekamar saat dia bersama Ramon tidur bersama. Tetapi dari kamar lain "silahkan buka sedikit", agar aku bisa mengawasinya selama Ramon berada sekamar dengannya. Walaupun dia sampaikan tidak beruntun, karena birahinya sudah mulai mengganggu konsentrasinya, dia sampaikan idea dan pemikiran logis yang telah dia pertimbangkan itu.

Saat kami memasuki kamar, aku langsung membuka "connecting door"-nya, dan kami ber-tiga kembali berkumpul. Kami cairkan suasana lebih dahulu. Kami ngobrol dulu sesaat. Ahh.. Yang rupanya Ramon sangat profesional dan menguasai medannya, dia mulai memanaskan suasana. Tanpa canggung, dia mendekat dan duduk nempel istriku di pinggiran tempat tidur.

Dia raih tangan istriku dan mengelusinya, sambil cerita bab lain, misalnya masalah Pemilu tahun 2004 dan Siapa Presiden yang tepat untuk Indonesia ini? Sehingga kami semua jadi terpancing memberikan respon. Dan istriku mendapatkan jalannya untuk bersikap lebih wajar, tanpa perlu serta merta menarik tangannya, karena kagok atau malu padaku. Dan aku sendiri berlagak acuh, walaupun adikku di belakang celanaku ini mulai memberontak dan mendesak-desak.

Tahu kalau istriku membiarkan tangannya membelai, Ramon bergerak maju lagi. Dia mempepetkan lagi duduknya, meraih pinggang dan menempelkan hidungnya ke pundak Surti. Dari rona wajahnya yang me-merah aku rasa Surti mulai menggelinjang. Ini adalah lelaki pertama yang bukan suaminya yang telah menyentuhinya. Apalagi Ramon ini sangat tampan. Belum lagi informasinya tentang ukuran alat vitalnya yang selama ini selalu terungkap penuh rindu dalam desahan-desahan birahinya.

Terus terang aku hampir tak mampu menahan rasa cemburu yang luar biasa yang sebelumnya aku pikir akan mudah kuatasi. Tetapi saat melihat langsung di depanku bagaimana lelaki itu memeluki Surti dan sebaliknya istriku ini nampak memberikan respon aktif, hatiku panas serasa terpanggang di atas bara. Jantungku berdegup kencang. Bukannya aku menyalahkan mereka semata, tetapi lebih kepada sikap pecundangku. Lelaki macam apa aku ini?!

Anehnya, di sisi lain aku menikmati rasa cemburu sebagai perangsang sensasi syahwatku. Penisku ngaceng menerima siksaan cemburu luar biasa yang menyala-nyala dan membakar diriku.

Kulihat rona wajah istriku semakin me-merah. Dia memandangku sejenak. Seakan memerlukan kepastian dariku. Aku acungkan jempolku yang gemetar menahan cemburuku sebagai kode dukunganku pada mereka. Kemudian dia mulai dengan tanpa canggung untuk menaruk pundaknya di dada Ramon.

Duuhh.. Ampuunn.. Sepertinya mataku kena 'vertigo'. Topik omongan soal calon Presiden jadi semakin kabur dan kehilangan konteks. Dan aku sendiri sudah harus ancang-ancang untuk 'lengser' ke kamar sebelah.

Dan saat tak ada lagi keraguan dan kecanggungan di antara keduanya, dan saat perkembangan di lapangan demikian maju yang ditandai dengan bibir ketemu bibir antara Ramon dengan istriku, aku langsung berdiri dengan limbung.

Kusaksikan bibir mungil Surti istriku menjemput bibir lelaki lain yang bukan suaminya itu. Bibir mungil Surti mengatup menggigit kecil bibir Ramon. Dan Ramon me-respon dengan penuh nafsu yang memang sejak jumpa pada awalnya tadi aku sudah perhatikan bahwa Ramon ini sangat terpesona akan kecantikan seksual istriku. Mereka semua akhirnya tanpa canggung melakukan itu di hadapanku. Aku berusaha cari pegangan untuk meneguhkan hati. Bukankah itu gagasanku sendiri, dan juga karena aku yang mendorongnya, mengatur dan membolehkannya. Dasar pecundang, uuhh.. Sakitnyaa..

Nampak di mataku dinding-dinding kamar bergoyang. Aku berjingkat menuju ke kamar 534 sebagai seorang suami yang kalah dan membiarkan istrinya digauli lelaki lain. Selanjutnya keadaan menjadi hening.

Tak ada suara-suara kecuali pukulan jantung pada dadaku. Yang kemudian kudengar ialah bunyi halus gesekan lembut dari gerakan Ramon dan istriku. Mungkin mereka rebah bergulir dan berguling ke kasur. Kupingku juga menangkap bunyi samar-samar kecupan bibir-bibir mereka. Aku berpegangan pada dinding..

Sebagaimana yang direncanakan, aku berkesempatan menyaksikan Ramon menggauli Surti istriku melalui 'connecting door' ini. Dengan mematikan seluruh cahaya yang ada di kamarku, aku leluasa menyaksikan Ramon dan istriku tanpa mengganggu keasyikan mereka. Yang nampak hanyalah celah pintu yang gelap.

Kulihat Ramon turun sebentar, sepertinya atas permintaan istriku, untuk mematikan lampu besar, sehingga yang ada adalah cahaya remang-remang yang datangnya dari arah kamar mandi. Akibatnya suasana menjadi lebih romantis dan dramatis tanpa mengurangi kejelasan pandanganku pada mereka berdua.

Derita yang Nikmat

Sebelum kembali berguling ke kasur, Surti maupun Ramon saling melepasi busana pasangannya hingga setengah bugil. Kulihat jari-jari lentik Surti berani dan tanpa ragu meraih ikat pinggang Ramon untuk melepasinya. Tangannya menarik resleiting celana dan me-melorotkannya hingga jatuh ke lantai. Aku sungguh heran, karena ulah itu tak pernah dia lakukan saat bercumbu denganku.

Sementara itu Ramon juga melepasi kancing-kancing blus istriku kemudian rok bawahnya. Kini yang tinggal hanyalah pakaian dalam mereka. Istriku Surti nampak amat sensual. Aku jadi terheran, tubuhnya yang sangat indah dengan wajahnya yang merona karena mengandung gejolak syahwat membuat dia menjadi ratusan kali lebih cantik dari biasanya. Aku tak pernah melihat gairahnya yang macam itu selama ini.

Dengan CD dan BH Armani-nya yang putih membuat si cantik ini menjadi Diva. Sepertinya aku menyaksikan dewi Banowati yang sedang turun dari peraduannya untuk menyongsong satria impiannya Arjuna. Rasa-rasanya untuk semua ini, Surti benar-benar menyiapkan diri tanpa setahuku. Bukan kebetulan kalau hidungku sempat sepintas menangkap semerbak bau Channel no.5 yang mahal banget itu yang akan dengan cepat bisa merangsang nafsu seksual lelaki manapun.

Menyaksikan semua yang berlangsung di depan mataku itu cemburuku menggelegak menyertai dan membakar sanubariku. Darahku langsung panas dan naik meloncat ke-ubun-ubun. Mataku nanar menyaksikan sebuah sensasi perselingkuhan isteriku dengan lelaki lain yang justru aku sendiri yang merancang dan menyiapkannya. Jantungku memukul-mukul dadaku seakan hendak berontak meledak. Tetapi kesadaranku secepatnya berusaha melerai. Bukankah ini juga keinginanmu? Keinginan syahwatmu? Kenapa mesti cemburu? Nikmatilah! Saksikan hal-hal yang akan terjadi di depan matamu kini dan nikmatilah.

Sementara itu sang Arjuna Ramon tampil seperti lelaki yang anggun. Wajah Semit-nya masih tergurat dari hidung dan kumisnya yang lembut itu. Dadanya yang penuh bulu lembut rasanya nikmat untuk jadi sasaran jilatan dan gigitan Surti. Bulu-bulunya itu berkesinambungan turun hingga tepian CD Charles Jourdan-nya yang kemudian lanjut pada kedua tungkai kakinya. Dan pasti bulu-bulu itu melebat di selangkangan dan seputar kemaluannya. Nampak penisnya membuat guratan besar melintang di Charles Jourdannya dengan alur ke-arah kanan sepertinya bungkusan pisang tanduk dari Bogor.

Penisku langsung ngaceng banget seperti dongkrak membayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi.
Sejenak mereka saling memandang. Dari raut wajahnya nampak sekali mereka saling mengagumi dan terpesona. Kemudian dengan senyuman-senyuman yang penuh syahwat mereka saling berangkulan. Bermenit-menit mereka berpagut, saling memainkan bibir dan lidah dan sedot-menyedot sebelum akhirnya kembali berguling ke kasur.

Sebagai pelayan jasa Ramon menunjukan servicenya yang prima. Dengan kelembutan yang dahsyat, dia meneruskan pagutan bibirnya, Tangan kirinya memeluki tubuh Surti dan tangan kanannya mulai bergerilya mengelusi, meremas, mencubit kecil dan mencakar secara lunak bagian-bagian peka istriku yang berada di bahu, ketiak, buah dada berikut puting susunya. Istriku langsung terbang ke-awang-awang.

Matanya setengah tertutup membeliak ke atas menyisakan bagian putihnya. Desahan nafas, erangan dan rintihan halusnya mulai terdengar sangat erotis. Di tempatku, tetap dengan kobaran iri dan cemburu yang luar biasa aku blingsatan mengelusi tonjolan kemaluanku dalam celanaku. Aku juga mendesah pelan menahan gejolak darah syahwatku yang menyala-nyala dalam sakit dan cemburu itu.

Ketika tangan-tangan berbulu Ramon terus mengelusi perutnya, bahkan kemudian turun untuk mengelusi CD Armani, terdengar lenguh panjang,

"Aahh.. Yaacchh..", dari bibir istriku. Rasanya Surti sudah mulai memasuki keadaan "trance".

Sementara dengan ketat tangannya mempererat pelukannya pada tubuh pria anggun Ramon itu, pagutan panas bibirnya tak henti-hentinya ber-kecipak dalam lumatan-lumatan berkesinambungan. Dia ber-gelinjang dan menggeliat-geliat-kan pinggulnya menahan derita nikmatnya.

Ramon melepaskan ciumannya dan menggiring lidah serta bibirnya turun ke leher, kemudian ke dada. Dengan hidungnya yang mancung itu dia dorong tepian BH Armani istriku hingga buah dadanya yang bak bukit surgawi itu menyembul ranum membawa pesonanya. Bibirnya langsung mengisapi lingkaran pentil-pentilnya. Tentu saja tanpa tertahankan lagi Surti kontan mengaduh kecil dan menggeliat-geliatkan dadanya.

Melihat reaksi yang demikian dari Surti, Ramon semakin bernafsu dan meningkatkan serangannya. Jari-jari tangannya merambati celah CD Surti dan menyusup merabai bibir kemaluan istriku itu. Antara mengelus, memelintir dan menusuk-nusuk halus, jari-jari yang relatip cukup gede dan panjang itu benar-benar memberikan kenikmatan tak bertara kepada istriku.

Aku ikut gelagapan, sesak nafasku menyaksikan reaksi istriku..

Serangan Ramon berlanjut dengan ciuman dan gigitan kecil di permukaan perut Surti. Secara spontan istriku ini meraih rambut Ramon dan meremasi dengan penuh gereget birahi. Desahannya makin panjang dan nyaring. Rasanya dia tak lagi mempertimbangkan aku sebagai suaminya yang juga berada di dekatnya.

Dalam gelegak penuh iri dan cemburu ini justru rasa kenikmatanku hadir melihat apa yang aku saksikan kini. Kemaluanku sangat membengkak. Pasti "precum"ku sudah membanjir pula. Aku menikmati secara seksual "rasa takluk" pada lelaki macam Ramon ini. "Rasa takluk" itu merambati dan menelikung diriku untuk bertekuk lutut pada keperkasaannya yang bisa membuat istriku tunduk mengikuti gejolak nafsunya. Rasanya "rasa takluk" macam itu bisa membuat aku "rela" di rendahkan ataupun di hinakan.

Diinjak kepalakupun aku "rela". Dan "rela"-ku itu merupakan bentuk nikmat nafsu birahi yang merambati aku saat ini. Ciuman Ramon turun lagi. Rambut kemaluan istriku yang sudah mulai tersentuhya dia jilati dan isap satu-satu. Remasan tangan istriku semakin keras dan menyakitkan kepala Ramon. Dia menyeringai tetapi tidak mengendorkan serangannya.

Akhirnya bibir Ramon mulai menggarap bibir vagina Surti. Kali ini tak terbendung lagi. Surti melonjak-lonjakkan pantatnya, melepaskan tangannya untuk berpindah menariki dan meremasi sprei hotel hingga tempat tidur itu menjadi awut-awutan. Teriakkan histeris erotiknya tak lagi terkendali. Suara gaduh memenuhi kamar bintang 4 yang kedap suara itu.

Aku juga ikut gaduh dalam emosiku. Keringatku mulai mengucur kepanasan walaupun berada dalam ruang AC yang dingin. Aku ikut kelimpungan sambil terus melotot mengamati si Ramon terus meningkatkan jilatan dan lumatannya.

Aku jadi sadar.. Aku menyadari apa yang Ramon lakukan itu tak pernah aku berikan pada istriku. Aku bisa mengerti apabila reaksi dan akibatnya menjadi demikian erotis sensasional baginya.

Ah.. Betapa aku egois, kurang tanggap dan tak mau melakukan inovasi. Dan akhirnya pengalaman nikmat tinggi macam itu justru didapatkan dari orang lain.
Kegaduhan oleh desah dan rintihan histeris berkesinambungan memenuhi kamar hotel itu. Keringatku semakin deras mengucur. Kini jilatan Ramon berubah menjadi tusukkan-tusukkan lidah yang berusaha menembusi rongga vagina Surti bak ikan moa yang mencari sarangnya. Secara reflek dan otomatis istriku meregangkan pahanya sehingga Ramon menjadi leluasa melumatkan bibir dan lidahnya untuk menembusi vaginanya. Bahkan tangan Ramon kini juga sedikit mengangkat tungkai kaki kanan Surti sampai bibirnya benar-benar mampu menyedoti seluruh bibir vaginanya. Tetapi sesaat kemudian.. Tiba-tiba Ramon menghentikan serangannya dan bangkit.

Dia bangun naik ke bantal dan merangkulkan tangan kanannya ke bahu Surti untuk kemudian kembali melumati bibir isteriku. Sementara itu tangan kiri Surti jatuh ke pinggul Ramon dekat dengan kemaluan Ramon yang sejak tadi sudah lepas dari CD-Jourdan-nya.

Dengan sedikit menggulirkan badannya tangan Surti sudah langsung menyentuh kemaluan Ramon yang gede dan panjang itu. Agak kaget Surti menyentuhnya.

Mungkin dia tidak membayangkan bahwa penis Ramon segede itu. Aku sendiri juga demikian. Hal itu tidak sesuai yang tertera di iklannya. Aku kira alat vital itu setidaknya berukuran 20 cm dengan bulatan yang 5 atau 6 cm. Aku deg-deg-an melihat adegan itu. Apa yang akan terjadi nanti. Sementara Ramon sendiri rupanya sudah juga sangat terhanyut. Sudahlah.. 'que sera-sera'.. Terjadilah apa yang akan terjadi..

Ternyata Surti menjadi sangat bergairah. Dengan tetap melayani pagutan bibir Ramon pada bibirnya dia raih kemaluan Ramon itu. Jari-jari lentiknya mengurut-urutnya.

Sungguh suatu pemandangan yang sangat erotis dan penuh sensasi. Kelembutan jari-jari putri ningrat itu mengelusi batang kemaluan kasar penuh otot milik si Ramon.

Surti napak demikian merasakan bagaimana batang itu dalam genggamannya. Dia rasakan gede panjangnya. Dia rasakan kerasnya. Dia rasa-rasakan denyut-denyutnya.

Aku pastikan Surti sedang berusaha melupakan bayangan pada suaminya, aku, yang tak mungkin memberikan pesona erotik yang saat ini sedang dalam rengkuhannya.

Surtii.., aku relaa.. Koq, begitu tangis hatiku yang juga sensasi birahi yang melanda aku. Ya.. Suatu paradoks sedang melanda diri dan kepribadianku.

Tangan Surti terus mengurut-urut penis itu dengan gemas sementara bibir dan lidahnya terus merespon aktif lumatan bibir Ramon.

Kali ini Ramon menunjukkan kehendaknya. Ditariknya tubuh Surti hingga menindih tubuhnya. Dia sorong kebawah kepala dan bibir Surti agar menciumi lehernya, agar juga merambati dadanya. Dia remasi rambut Surti untuk membangkitan gairahnya. Dia ganti yang mengerang untuk memacu libido istriku. Ramon ingin istriku melakukan sebagaimana dia telah lakukan padanya pula. Dia ingin Surti menciumi seluruh tubuhnya. Dan Surti, istriku ini.., dia melakukan hal yang tak pernah dia lakukan kepadaku.

Dia seakan berubah jadi cheetah Afrika yang lapar. Mungkin dia benar-benar telah mabuk tenggelam dalam birahinya, dengan ganasnya dia gigit dan lumati dada Ramon hingga kuyup dengan air ludahnya. Bulu-bulu halus di dada itu membuat Surti bak ular kobra yang meliuk-liuk melata di bukit savanna yang penuh rerumputan itu. Ohh.. Surtii.., istrikuu.. Oouuhh.. Ternyata kk.. Kamu.. Bb.. Bisaa.. Y.. Yyaa..

Orgasme pertama..
Ciumannya merangsek liar ke perut. Puser Ramon dijilati dan di kecupinya. Rambatan bibirnya terus menelusur ke bawah hingga daerah kemaluannya. Nampak penis Ramon mencuat tegak kaku mengganjal hingga ke bahunya. Tangan Surti menyibak rambut-rambutnya itu kemudian menenggelamkan wajah cantiknya ke belantara jembut di selangkangan Ramon. Terdengar kecipak bibir lembutnya pada setiap melepaskan kecupan-kecupannya.

Erangan Ramon, "Ampun Jeng.., ampuunn.." membuat Surti tak menghitung nilainya lagi sebagai perempuan darah biru. Kepalanya terkadang bergeleng-geleng cepat saat menyedot-nyedot selangkangan kanan maupun kiri milik Ramon itu.

Dengan tangan kirinya yang terus menahan kemaluan menuju ke arah perut itu, bibir dan lidah istriku ini merambat ke bola-bola pelir Ramon. Dikulumnya, dijilati dan diisep-isepnya dengan penuh rakus.

Emosi syahwatku terseret kesetanan. Kuperosotkan sendiri celanaku. Kubetot penisku dari CD. Tanganku mengocokinya dengan bergegas-gegas. Aku ditimpa ledakan nafsuku sendiri. Dalam bara iri dan cemburuku apa yang dilakukan istriku pada Ramon dan apa yang Ramon terima dari lahapan istriku pada penisnya membuat aku tergetar.

Ah.. Sangat paradoks.. Iri dan cemburuku berbarengan dengan dorongan syahwatku untuk mengeluarkan desahan juga,
"Terus Surtii.. Teruss.., Masmu ini, suamimu, pengin menyaksikan kamu melahapi seluruh tubuh Ramon, Surtii.., teruus..".

Ternyata Surti memberi lebih banyak. Dia angkat tungkai kaki Ramon hingga posisi pahanya menempel ke dadanya. Dengan demikian arah anal Ramon menjadi terbuka. Kini dengan hidung, bibir dan lidah Surti berusaha "nyungsep" ke lubang anal itu.

Dia jilati bukit kecil dibawah pangkal kemaluan Ramon dan.. Berusaha untuk terus ke bawah lagi. Ramon dibuat "kelimpungan". Kegatalan syahwatnya melanda dengan hebat. Dia mengangkat lebih tinggi pantatnya hingga Surti benar-benar bisa menjilat dan menyedoti anusnya.

Ah, sungguh pemandangan yang sama sekali tak terbayangkan olehku sebelumnya. Lihatlah, Surti si perempuan jelita itu benar-benar menampilkan ke-jalangannya. Dengan berbungkuk-bungkuk dia terus menggerakkan kepalanya mengikuti rambatan lidah dan bibirnya merengkuh kerutan-kerutan anus Ramon.

Kini suara erang Ramon berpadu dengan nafas memburu Surti. Dan.. Oh, rupanya Surti diburu oleh birahinya. Dia merubah posisi. Dia tarik kembali dan rebahkan kaki Ramon untuk ditindihnya. Dengan mulutnya yang kini menyerang kemaluan Ramon dengan mengkulum dan mengisapinya, vaginanya digosok-gosokkannya ke dengkul Ramon.

Aku menyaksikan betapa istriku ini sepertinya ahli bagaimana membawa pria terbang ke awang-awang. Aku heran darimana dia belajar. Mungkinkah dari BF atau VCD yang sering kami tonton bersama?! Dan yang lebih heran lagi keahliannya itu tak pernah dia berikan untukku yang suaminya. Ah, Surtikuu..

Secara khusus aku menyaksikan bagaimana perlakuan bibir dan lidah Surti pada kemaluan Ramon.
Lidahnya merambati pangkal hingga batangnya, kemudian saat mencapai kepalanya tangannya menggerakkan agar posisi kepala itu dalam jangkauan jilatan sebelum akhirnya seluruh bibirnya mencaplok kepala yang memenuhi mulutnya itu. Dia lakukan hal itu ber-ulang-ulang sehingga Ramon jadi kelojotan.

Sesudah itu dia konsentrasikan mulutnya untuk memompa dan sekaligus tubuhnya terus bergoyang menggeliat menekan dan menggosok-gosokkan vaginanya pada tonjolan lutut Ramon dengan frekwensi yang cepat sekali.

Ketika kecepatannya semakin bertambah Surti mengeluarkan erangan erotis yang menandai hadirnya kenikmatan yang melanda seluruh saraf-sarafnya. Rasanya Surti sedang sekarat menjemput orgasmenya. Dan benar. Dengan raungan bak cheetah yang lapar tadi, Surti meraih orgasmenya. Si jelita itu menggeram. Tangannya yang cantik dengan jari-jarinya yang lentik meraih seprei dan apa saja yang bisa diraihnya, menarik-narik acak-acakan seakan hendak merobek-robeknya.

Hal itu berlangsung sekitar 30 detik sebelum akhirnya dia rebah. Rubuh. Sepi. Kecuali tarikan nafas-nafas yang panjang dari kedua insan itu. Hebat.

Ternyata Surti bisa mendapatkan orgasmenya sebelum kemaluan Ramon menembusi vaginanya. Orgasme itu dia raih berkat obsesi dan timbunan syahwat yang selama ini tak tersalurkan.

Dengan perasaan yang semakin iri, cemburu dan penasaran, merasakan ketidak mampuanku, aku sendiri langsung duduk terjengkang ke lantai. Penisku mengangguk-angguk. Tanpa kuharapkan sebelumnya, spermaku yang tak mampu kutahan muncrat-muncrat.

Aku juga mendapatkan orgasmeku. Beberapa saat mereka diam. Aku juga ikut diam.

Surti setengah merem kemudian melek melihat langit-langit. Menerawang jauh akan apa yang baru terjadi. Dia merasakan betapa birahi yang melandanya membuat dia lupa segalanya. Sepintas dia menengok ke pintu kamarku. Ke arahku. Yang nampak pasti hanyalah celah yang gelap. Aku sendiri juga dalam posisi terbengong-bengong.

Mereka berdua menggunakan jeda ini untuk istirahat sejenak. Surti turun, tetap telanjang, menuju ke lemari es yang tersedia. Dia buka dan ambil minuman dingin kalengan. Diambilnya 1 lagi untuk Ramon. Mereka istirahat di tepian tempat tidur. Masih sempat istriku mencium bibir Ramon sambil saling melepaskan senyuman. Aku jadi ikut haus. Aku juga perlu minum. Kuikuti langkah Surti. Kuambil minuman kalengan dari lemari es di kamarku.

Etape 2..
Tidak sulit bagi Ramon untuk kembali memulai pertarungan baru. Dia professional dan sangat kreatif disamping inovatif. Sesudah sejenak istirahat, sementara istriku masih duduk ditepian tempat tidur, dia yang belum menikmati datangnya orgasme secara aktif memulai dengan turun dan merebahkan diri tepat di bawah kaki Surti di karpet kamar yang bersih itu.

Dia renggut kaki yang ranum dan bersih itu. Dia jilati telapak kakinya, kecupi dan kulum jari-jarinya yang lentik dengan kuku-kukunya yang dicat kemerahan.

Kontan sepertinya kena sengatan listrik ribuan watt, istriku menjerit histeris dan berguling ke kasur. Kemudian Ramon dengan buasnya menggigiti tumitnya yang mungil bak telur puyuh itu.

Jilatannya liar menjalar menuju betis-betisnya di tungkai kanan dan kiri. Kembali Surti berguling-guling menahan erotismenya. Nafas istriku terdengar ngos-ngosan menahan derita nikmat syahwatnya.

Dengan cepat diraihnya kepala Ramon agar melepaskan kakinya. Tetapi itu tidak sungguh-sungguh. Dia bukannya menarik, tetapi lebih tepat justru menahan dengan cara meremasi kepala itu. Istriku ini nggak akan melewatkan setiap sensasi erotik yang sedang dia alaminya.

Dari betisnya, Ramon menggulingkan tubuh Surti hingga posisinya setengah tengkurap. Dia kejar lipatan lutut bagian belakangnya dengan jilatan dan gigitan kembali. Kembali aliran listrik menjalari tubuh Surti. Dia mengerang dengan setengah menangis karena nikmatnya.

Sekali lagi aku ingat diriku yang egois ini. Apa yang dilakukan Ramon tak pernah sedikitpun terpikir olehku. Aku jelas telah kehilangan momentum yang sangat penting bagiku di depan istriku ini. Dasar pecundang..

Ciuman Ramon kembali menjalar merambati pahanya. Serasa berjuta semut-semut menyerang Surti saat bulu-bulu kumis dan rambut-rambut tajam di pipi Ramon merambah pahanya yang sangat halus itu.

Ciuman Ramon melaju menuju arah belakang pangkal pahanya. Surti berusaha bangun kemudian terjerembab, lagi-lagi bangun dan kembali terjerembab. Rupanya itu disebabkan tak mampunya menahan gelora syahwatnya yang terdongkrak akibat ulah Ramon ini. Perasaannya bagai dipermainkan gelombang samudra. Kini Ramonlah yang membangunkan Surti.

Ah, tidak. Bukan membangunkan tetapi menarik pinggul Surti hingga berposisi menungging. Hal ini adalah sebagai kelanjutan ciuman dari arah belakang pangkal pahanya yang merambat ke gundukkan pantat Surti. Dengan posisi ini Ramon menjadi leluasa untuk meneruskan ciuman dan jilatannya lebih ke atas menuju anus istriku.

Dengan bertumpu siku tangannya pada kasur serta menaruh kepalanya pada bantal Surti menungging sempurna.

Ramon dengan ganas menjilati bokong dan dubur Surti. Hal ini mungkin untuk mengimbangi istriku yang sebelumnya juga menjilati pantatnya. Aku lihat bagaimana Surti menerima ini dengan amat tersanjung. Dia melenguh seperti anak lembu. Tangannya menggapai-gapai ke belakang berusaha meraih kepala Ramon. Dan saat didapatnya, ditariknya kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke pantatnya. Duhh.. Pasangan yang saling mengerti iramanya gejolak syahwat.

Ternyata situasi berikutnya ini membuat Surti lebih tenang. Dia nampak sangat menikmati apa yang Ramon berikan. Dan Ramon terus bergerak..

Direbahkannya kembali tubuh Surti dan ditelentangkannya. Diangkatnya lutut istriku agar melipat dengan telapaknya duduk di kasur. Ramon menggeser tubuhnya untuk merangkul paha itu dan mulai dengan menjilatinya.

Gerakan Surti menjadi lebih terkendali lagi saat bibir Ramon menangkap bibir vaginanya. Kini dengan halus dan penuh belaian Ramon menjilati vagina Surti. Yang kudengar adalah rintihan yang sayup-sayup keluar dari mulut isteriku. Surti menikmati belaian lidah Ramon di vaginanya. Terkadang berteriak kecil. Mungkin lidah itu menyentuh G Spot-nya.
Adegan berikutnya adalah Surti yang menarik tubuh Ramon untuk menindih tubuhnya. Kembali kedua bibir mereka berpagutan. Tangan Ramon memainkan jari-jarinya pada klitoris istriku sesaat untuk kemudian merogohi lubang vaginanya.

Bokong Surti naik turun untuk menjemput jari-jari Ramon agar menusuki lebih dalam lagi.

Surti mengeluarkan jeritan kecil dan desahan,"Acchh.. Nggak tahaann.. Ayoo Mass, aku tak tahan lagii.." sambil pantatnya terus menerus naik turun.

Tahu bahwa sudah saatnya senjata utamanya dilepaskan Ramon bergerak mendaki tubuh Surti dan Surti secara refleks merentangkan paha kiri dan mengangkat paha kan ke bahunya.

Kini saatnya kusaksikan detik-detik kerinduan istriku Surti akan penis gede yang menembusi vaginanya akan kesampaian.

Tangan Ramon meraih kemaluannya yang gede panjang itu dan mengarahkan tepat pada lubang vagina Surti yang telah siap menerimanya.

Dieluskannya kepala penisnya pada celah vagina itu untuk mendapatkan cairan pelumas dari vagina istriku. Dan kemudian.. Mulai nampak ada dorongan.. Dan dorongan.. Dan sekali lagi dorongan.. Dan bleezz.. Blezz..

Istriku yang menyeringai tidak sama sekali kehilangan ke-ayu-annya. Dia sama sekali tidak menunjukkan semacam rasa was-was. Justru dia nampak sangat menantikan saat-saat ini. Penis sebesar itu mungkin akan menyobek vaginanya. Sesaat dia nampak kesakitan. Yaa.. Dia kesakitan..

Aku juga agak panik menyaksikannya..

Surti menjerit.. Mengaduuhh.. Minta ampuunn.. Amppuunn..

Tetapi dorongan Ramon tak pernah terhentikan hingga akhirnya batang gede dan keras sepanjang 20 cm itu masuk amblas kelubang vagina istriku. Bukan main.

Aku sempat menyaksikan bagaimana bibir vagina Surti melesak terbawa masuk saat penis Ramon menembus vaginanya.

Dengan tangannya Ramon merangkul paha dan bibirnya menciumi kaki istriku dan mulai memompa.

Penisnya berayun keluar dan masuk menembusi vagina, "Ohh.. Yaacchh.. Yeezz..".

Vagina Surti mencengkeram dengan kuat setiap tusukkan dan tarikan penis Ramon, akibatnya bibir itu nampak terbawa keluar dan masuk mengikuti iramanya tarikan dan tusukkan.

Semakin banyak Ramon memompa, semakin naik gelinjang syahwat Surti. Kini nampak kepala Surti menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan kenikmatan.

Aku sangat tahu, selama 15 tahun ini aku nggak pernah mampu memberikan kenikmatan sebesar itu.
Surti sendiri merasakan hal yang sangat dahsyat. Dinding kemaluannya menjadi demikian mengetat. Rasanya saraf-saraf erotiknya menciptakan jaring yang saling kompak untuk menjepit batangan penis Ramon. Dan hasilnya bagi Ramon maupun Surti adalah rasa sangat legit.

Dalam mengayun atau memompa Ramon memiliki "sense"yang hebat. Terkadang pelan dan pelan sekali, kemudian cepat dan cepat sekali.

Permainan yang silih berganti ini memberikan sensasi erotik untuk syahwat Surti. Dan akibatnya ada semacam rasa haus yang melandanya. Inilah yang disebut sebagai kehausan erotik.

Efek kehausan erotik itu membuat Surti limbung dan memerlukan media untuk penyaluran. Misalnya meremasi kain sprei, atau mencakari lawan seksualnya, atau menggigit bantal. Ramon tahu apa yang saat ini menyerang Surti. Dengan cepat diulurkan jari-jari tangannya ke mulut Surti. Dan benar. Dengan cepat mulut Surti mengulum dan mengemuti jari-jari dan jempol Ramon. Macam anak orok yang menangis dan diam saat diberi dot, Surti menjadi lebih tenang walaupun terus merintih dan berdesah.

Sejenak kemudian Ramon mencabut penisnya dari kemaluan istriku, kemudian menurunkan kaki dari pundaknya. Dia merubah posisi. Ditariknya tubuh Surti ketepian kasur kemudian kembali mengangkat tungkai kaki Surti, kali ini ke-dua-duanya, kembali ke bahunya. Dengan posisi ini penis Ramon kembali menembusi vagina istriku secara lebih melesak ke dalam lagi. Dan saat pertama kemaluan itu masuk, istriku sempat menjerit. Mungkin sekali disebabkan kemaluan panjang itu langsung menyentuh G-spotnya.

Kemudian yang kulihat Ramon kembali mengayun-ayun dan memompa secara ritmis. Surti mengimbangi pompaan Ramon dengan goyangan dan geliat pinggulnya.

Sungguh keduanya nampak serasi dalam kerjasama mengayuh samudra nikmat yang bertara itu. Tiba-tiba Surti bergerak agresip. Dia bangkit dari kasur. Ditariknya lengan Ramon agar dia ganti yang telentang.

Surti naik menindih tubuh Ramon. Dengan duduk mengangkangi, dia raih kemaluan Ramon dan diarahkannya memasuki vaginanya. Dan.. Blezz, batang 20 cm itu langsung tenggelam dalam jepitan ketat vagina Surti.

Kini Surtilah yang bergerak seperti memompa. Gerakan Surti persis seperti orang mencuci di penggilesan. Bedanya adalah, kalau tukang cuci mendorong tangannya yang maju mundur untuk menggilas pakaian yang dicucinya, tetapi Surti mendorong dan kemudian menarik pantatnya untuk menarik dorong vaginanya menggilas kemaluan Ramon.

Dengan cara itu kemaluan Ramon langsung menyodoki G-spot Surti. Perubahan posisi ini rupanya merupakan obsesi Surti dalam upaya menikmati secara maksimal penis Ramon. Aku yang menyaksikannya dari arah belakang melihat bagaimana bibir vagina Surti nampak ketat sesak keluar masuk mengikuti keluar masuknya penis segede itu.

Dengan tambahan inisiatip Ramon yang menggoyang naik turunkan pantatnya, sempurnalah harapan Surti dalam mengarungi samudra nikmat itu. Nampak keduanya saling berpacu mengejar puncak-puncak syahwatnya.

Dan kembali kulihat Surti berada diambang orgasmenya. Dia ayunkan kepalanya ke depan dan ke belakang atau ke kanan dan kekiri sehingga rambutnya yang panjang itu terlempar sana sini seperti rambut penyanyi rock yang sedang kesetanan.

Keringatnya nampak mengalir dalam dinginnya AC kamar. Surti benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggapai kepuasannya. Bermenit-menit telah lewat, gerakan mereka tidak nampak mengendor. Aku yakin Surti mendapatkan multi orgasme. Mungkin orgasme beruntun yang sangat panjang. Dan dia belum akan berhenti.

Berikutnya kembali Ramon yang ganti mengambil peranan. Dipeluknya Surti. Dipagut tengkuknya. Ramon menggeser tubuhnya ke arah punggungnya. Dia dorong Surti hingga merangkak. Ramon asongkan penisnya menembusi kemaluan Surti dari arah belakang. Anjing kawin, itulah gaya yang mereka lakoni sekarang.

Dan Ramon kembali mulai memompa dari arah belakang. Surti kembali melempar-lemparkan rambutnya yang panjang itu. Duhh.. Betapa cantiknyaa.. Banowati ini..

Dalam telanjang dan mengkilat karena keringatnya, Surti menggeliat dan memaling-malingkan mukanya atau mengantuk-antukkan kepala dan melemparkan rambutnya ke depan dan kebelakang. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat mendebarkan dan amat erotis. Hingga akhirnya Ramonlah yang kewalahan.

Dia mempercepat pompaannya dan berteriak ke Surti, "Acchh.. Surtii.. Akuu mauu keluarr..".

Dan yang kemudian aku saksikan adalah benar-benar sama sekali di luar perkiraanku. Dan itu sangat memukul harga diriku.

Teriakan Ramon itu disertai dengan menjambak rambut istriku dan kemudian seakan memaksa rebah telentang ke kasur. Dan dengan sigap Ramon bergerak mengangkangi Surti dengan dengan tetap menjambak rambutnya, menekan kepalanya ke kasur dan mengasongkan penisnya yang nampak berurat-urat itu ke mulut istriku.

Semula aku pikir Surti pasti akan menghindar dan menolaknya. Aku tahu persis dia sangat geli atau jijik untuk cara macam itu. Tetapi apa yang terjadi. Dia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda perlawanan.

Bahkan saat ujung penis Ramon menyentuh bibirnya langsung terbuka. Lidahnya menjulur-julur siap menerima apa yang akan tumpah ke mulutnya. Matanya nanar mengamati seluruh sosok Ramon. Mata yang haus dalam penantian.

Dan dengan suara seperti teriakan kemenangan gorilla jantan, Ramon memuntahkan spermanya ke mulut Surti istriku ini. Nampak sesaat istriku gelagapan dan cairan-cairan sperma meleleh keluar dari mulut mungilnya itu.

Berkali-kali batang penis itu mengangguk-angguk setiap kali air mani itu menyemprot. Dan istriku ternyata dengan lahapnya menerimanya. Sungguh aku tak berpikir bahwa Surti akan minum sperma.

Apalagi sperma orang lain. Dia tak pernah menunjukkan gejala suka pada hal tersebut. Bahkan ketika nonton BF ataupun VCD dia selalu mau muntah kalau menyaksikan adegan macam itu. Tetapi kali ini, apa yang membuat dia menjadi demikian lain.

Adakah aku yang baru tahu..?!

Dan ketika penis itu memuncratkan berliter-liter sperma, Surti melahapnya dengan rakus. Bahkan yang tercecer di dagu, pipi, susu dan tangannyapun masih dia colek dan jilati. Benar-benarr.. Deh si Surtikuu..

Ramon langsung telentang kecapaian. Mereka telah bekerja keras untuk kepuasan yang mereka dapatkan. Surti bangun dan kembali mengambil minuman dingin yang disertai makanan kecil, nampaknya sebungkus coklat. Yaa.., itu akan cepat menyegarkan dan memulihkan tenaga mereka. Dia ambil juga untuk Ramon.

Saat itu Surti melihat ke arahku dan kemudian melangkah. Aku buru-buru loncat ke ranjang berpura-pura tidur. Dia melongok ke ranjangku sesaat untuk kemudian balik keranjangnya. Aku yakin dia tidak percaya kalau aku tidur.

Dia tahu aku dan membiarkan aku bebas memilih apa mauku. Dia tak mau menggangguku yang bisa-bisa mengganggu kenikmatan-kenikmatan yang akan dia raih berikutnya.

Beberapa saat kemudian kudengar kembali kecupan-kecupan lembut. Ah.., mereka telah meraih staminanya kembali. Babak-babak lanjutan akan kembali berlangsung. Sesudah aku juga ikut minum dan makan coklat aku kembali ke "connecting door" untuk menyaksikan babak-babak lanjutan ini.

Malam itu mereka bergelut hingga menjelang pagi. Entah berapa kali mereka melakukan persetubuhan. Kulihat Surti berbelas kali meraih orgasmenya. Dia menemukan pengalaman yang orang sebut "orgasme beruntun" atau multi orgasme.

Dia benar-benar bak kuda liar atau cheetah yang lapar. Dan yang lebih aku herankan adalah Ramon yang tetap saja tegak dan tegar melayani istriku di ranjang penuh nafsu itu. Bagaimana kemaluannya tetap saja tegak dan berkilat-kilat untuk terus memberikan kesempatan pada istriku meraih kepuasannya.

Aku sendiri sudah roboh kehabisan spermaku. Aku melakukan berkali-kali onani sambil menyaksikan persetubuhan istriku dengan lelaki itu. Batang dan ujung kemaluanku kini berasa sangat pedih dan panas. Aku nggak tahan lagi menyaksikan mereka hingga usai. Aku rebah ke ranjang walaupun tidak tidur. Segala iri dan cemburuku pupus menerima kenyataan yang terus berlanjut.

Istriku belum bangun saat Ramon muncul di kamarku dalam keadaan sudah berpakaian rapi. Dia minta maaf untuk pergi lebih awal. Dia bilang istriku pasti sangat lelah dan membiarkannya tetap tidur. Aku memahami. Kusodorkan amplop imbalan jasa padanya.

Aku bilang, "Kamu hebat. Apa resepnya?", yang hanya dijawab dengan senyuman sambil menerima amplopku.

Saat di ambang pintu dia berbalik dan berbisik padaku. Nafsu syahwat istriku sangat besar. Jangan heran atau kaget kalau istriku akan minta lagi kenikmatan-kenikmatan yang dia dapatkan seperti semalaman ini. Mungkin akan berlangsung hingga beberapa bulan mendatang.

Ah, gayanya macam konsultan psikolog saja. Dia juga pesan sebaiknya jangan lagi panggil dia untuk menghindari tumbuhnya kontak batin yang bisa berkembang menjadi saling terikat. Dia juga tawarkan padaku, kalau diperlukan dia bisa memberikan beberapa alamat pria yang memberikan jasa macam dia.

"Jangan khawatir. Mereka adalah orang-orang yang sehat, santun dan rata-rata cukup terpelajar", katanya sepertinya mempromosikan usahanya.

Istriku baru bangun jam 8 pagi. Dia bilang lapar dan minta aku untuk pesan makanan ke room service. Kami tidak banyak bicara pagi itu. Aku sendiri berlagak "everything is OK".

Sesudah mandi dan makan kami keluar dari hotel. Surti langsung jalan ke kantornya.

Ah.., Jakarta terus bergulir dalam keriuhan paginya. Kemacetan jalan-jalan nampak menelan seluruh jalanan metropolitan ini.

Segalanya berlangsung sebagaimana hari-hari yang lain. Segala luka dan duka seakan terhapus dalam keriuhan ini.

Di kantor aku langsung tenggelam dalam tugas rutinku. Saat jam makan siang istriku menelpon, "Sudah makan, Mas? Makan apa? Enak?", demikianlah se-akan tak ada yang istimewa telah terjadi.

Yah, memang. Bagi Metropoiltan Jakarta, tak banyak yang istimewa terjadi. Kini yang sering datang dalam benakku adalah bisikkan Ramon saat di ambang pintu hotel itu, yang agar tidak heran atau kaget kalau istriku akan minta lagi kenikmatan-kenikmatan yang dia dapatkan seperti semalaman ini.

Akan halnya aku sendiri mungkin mengalami semacam "methamorphose". Rasanya kini aku berubah untuk lebih bisa menerima kenyataan. Atau lebih tepatnya, "lebih bisa menikmati kenyataan".

Bahkan, diam-diam akulah yang ketagihan. Kapan lagi bisa menyaksikan Surti isteriku digauli orang lain dengan penuh nikmat syahwat? Kapan lagi aku bisa mendengar rintihan atau desahannya saat menanggung derita birahi?

Kapan lagi aku bisa menyaksikan bibir mungil dan lidah cantik isteriku menjilat dan menciumi penis gede lelaki lain? Dan bahkan kemudian minum sperma yang muntah di mulutnya? Kapan lagi aku bisa menyaksikan bagaimana kemaluan si jelita yang sempit itu ditindas dan libas oleh penis segede Ramon punya itu? Ah.. Kapan lagi..??