Sabtu, 23 Maret 2013

kisah istriku dan pakdeku 1



Ini adalah pengalamanku yang tak terlupakan bersama istriku. Namaku Aryo dan istriku bernama Yanti, dia termasuk wanita yang sempurna di mataku, wajahnya rupawan, putih mulus, toketnya besar, pantantnya aduhai. Kami sudah berkeluarga selama lima tahun dan dikaruniai seorang anak yangs ekarang masih masih sekolah dasar.
Ceritanya bermula ketika istriku sering uring-uringan dan marah kepadaku karena aku kurnag bisa memuaskan hasrat birahinya, dia termasuk wanita birahi tinggi yang ingin selalu dipuaskan. Dan aku sering kewalahan meladeninya. Itulah kenapa akhir-akhir ini kami sering bertengkar dan marah-marah. Aku memang tidak begitu perkasa, karena baru lima menit saja aku sudah k.o dan tentunya itu membuat istriku jadi sangat kecewa, aaku jadi bingung memkirkan maslah ini.
Aku juga sadar lat vitalku memang tidak besar , mungkin itu bisa jadi penyebabnya. Padahal aku sering mengkonsumsi jamu-jamu, obat herbal dan juga tehnik bercinta di film blue yang sering aku tonton bersama istriku, tapi itu semua tidak membuahkan hasil.
Libur sekolah anakku pun telah tiba, aku berniat mengajak mereka liburan ke kampung tempat pakdeku, yaitu Pakde Karto, karena disana pemandangan alam desanya masih bagus dan alami, hitung-hitung meringankan beban fikiranku yang galau. Tentu saja anak dan istriku senang bukan main.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, makasampailah kami di rumah Pakde Karto yang berada di Kota Wonosobo, mereka berdua begitu sukacita menyambut kedatangan kami begitu kami sampai dan memarkirkan mobilku di halaman rumah mereka yang luas.
Pakde dan Bu’de sudah berumur setengah abad, Bu’de ku agak gemuk dan sudah nampak keriput. Sangat berbeda dengan Pakdeku yang masih gagah dan kekar, usianya tidak mengurangi kegagahannya.
Malamnya setelah makan malam, kami pun disuruh istirahat di kamar yang sudah disediakan, saat itu aku melihat muka Pakdeku begitu masam dan juga Bu’de ku, ada apa ya?
Setelah istridan anakku terlelap, akupun mulai ngobrol dengan pakde tentang amaslah apa yang sudah dialaminya. Dengan gamblangnya pakde bercerita bahwa akhir-akhir ini dia suka mengeluh dengan bu’denya. Pakdeku tergolong orang yang doyan ngentot di ranjang, dan itu diakuinya bila nafsu sudah meninggi pasti dia bisa main 3, 4, bahkan sampai lima kali. Dan imbasnya bu’de ku tak bisa mengimbanginya karena kalau sudah keluar duluan pasti sudah tak berdaya. Itulah mengapa mereka sering jutek-jutekan.
Wah, ceritanya kok hampir sama kayak ceritaku, tapi bedanya istriku yang kuat. Aku jadi punya ide gila, gimana kalau istriku disetubuhi oleh pakde, wah seru juga ini, tapi bagaimana caranya ya? Apalagi aku mempertimbangkan bagaimana perasaanku kalau istriku disetubuhi oleh orang lain dengan ganasnya. Tapi aku juga berpikir, ah, mungkin aku bisa membahagiakan hasrat birahinya dengan cara seperti ini.
Terang-terangan aku utarakan maksudku kepada pakdeku, pakdeku langsung melotot dan tidak percaya, dia juga menolak dengan terang-terangan, tapi aku terus mendesaknya dan membuatnya agar mau. Akhirnya diapun mau dengan catatan untuk kali ini saja. Akupun tersenyum simpul. Dan gak sabar memanti besok yang akan terjadi.
Pagi harinya kusuruh istriku berkumpul bersamaku dan pakdeku, kubilang padanya kalau pakdeku ini bisa memijat dan mengurut, apalagi istriku ini suka mengeluh capek-capek dan pegal-pegal. Tanpa curiga sedikitpun istrikupun menyetujuinya.
Kebetulan hari itu budeku dan anakku sedang pergi jalan-jalan dan pulangnya mungkin malam karena mainnya sangat jauh di pasar raya wonosobo. Dan tinggallah kami bertiga.
Mulailah isttriku disuruh tengkurap oleh pakdeku di kamar kosong yang memang khusus untuk beristirahat, dengan hanya memakai tanktop dan sarung istriku namapak seksi sekali dan tentu saja pakdeku dibikin melotot dan berdecak kagum, nampak sesuatu yang menonjol besar dari celana boxernya. Aku bisa menerka kalau barang pakde sangat besar dan dijamin istriku megap-megap.
Istriku pun mulai dipijit dari leher sampai ke punggung, dan sebelumnya aku suruh dia minum wedang bikinanku yang sudah kuberi obat perangsang agar mempercepat proses percumbuan mereka.
Dan memang istriku mulai menikmati pijatan pakdeku, tapi dia agak sungkan karena tau aku disampingnya, dengan pura-pura alasan aku untuk menyusul anakku dan budekulah aku meninggalkan mereka berdua di kamar itu. Setelah keluar dari rumah, sekitar 5 menit aku pelan-pelan mengintip dari celah jendela kamar lain melihat aktivitas mereka.
Jantungku berdegup kencang melihat pakdeku meraba dan memijat pantat, paha, sampai kahirnya selangkangan istriku, suara lenguhan istriku makin jelas terasa.
“pakdeee…. Aku gak tahan…. “ begitu kata istriku ketika tangan pakde menjamah selangkangnnya.
“ jadi gimana, nduk?” tanya pakdeku
“terserah pakde saja, aku udah gak tahan, pengen dienakin….. pakdeeeeee….”erangannya begitu erotis.
Maka tanpa sungkan lagi pakde melucuti semua pakaian istriku dan akhirnya dia sudah telanjang menampakkan keseksiaannya, dadanya yang membusung besar dan pentilnya yang berwarna kecoklatan, kulit yang mulus, jembut dan tebal dan vagina yang sudah merah merekah minta disodok, istriku sudah pasrah.
Pakde pun akhirnya membuka semua pakaiannya. Nampak badan atetis kekar berototnya dan barangnya yang gede banget itu sudah mengaceng tegak dan keras, panjang, besar dan keras sekali. Istriku memegang dan meremas-remas gemas, sementara itu pakde menelusri dan menjamahi tubuh istrku dari atas sampai bawah. Buah dadanya tak luput dari jilatan, remasan, sedotannnya. Istriku makin tak tahan.
“udah donk pakde….. masukkinaja, aku dah gak tahannnn…..”rengek istriku.
Setelah melumasi penisnya dengan ludah yang banyak dan pakde juga meluasi vagina istriku maka mulailah ia masukkan barangnya yang gede itu ke vagina istriku denga cara mengangkangi istiku yang sudah membuka pahanya lebar-lebar.
Barang itu  begitu susah dimasukkan karena saking besarnya sedanglan vagina itriku begitu sempit. Tapi dengan sekali hentakan kuat akhirnya barang gede itu masuk juga bebarengan dengan tubuh istrku yang tersentak.
Mulailah pakde menggenjot istriku, dipeluknya kuat-kuat seeakan benar-benar ingin menikmatinya sendirian. Begitu hebatnya genjotan pakdeku ini…
Bunyi barang gedenya yang menyodok vagina sempit istriku suaranya begitu keras,
“jleb jleb jleb jleb…..!!!!!” istriku menjerit tertahan meiknmati derita kenikmatan yang dialaminya sambi menggigit bibirnya.
“ ah aha ah ah ah ah oh oho ohhhh….. pakde….. terussssss….. akkkhhhh….”
Pakde semakin gencar mempercepat tempo sodokkannya, sampai-sampai ranjang yang mereka tumpangi berderit keras. Kulihat ekspresi muka pakde yang sangat menikmati nikmatnya vagina istriku, sampai merem melek dan gemerutuk gigi-giginya, sambil terus memeluk istriku dengan kuatnya.
Kulihat batang penis yang besar itu keluar masuk di lubang vagina istriku, aku jadi terkagum-kagum sampai menelan air ludah melihat betapa perkasanya pakdeku itu, aku juga tidak bisa membayagkan bgaiamana rasanya istriku digenjot barang yang gede itu.
Rintihan istriku makin tak beraturan, apalagi pakde dengan tehnik bercintannya membuat tempo sodokan yang kadang lambat dan tiba-tiba cepat juga kadang berputar-putar, membuat istriku meraih orgasmenya lebih dulu, namun pakde tetap menyodok dengan gagahnya.
Begitu kontras pemandangan yang kulihat, tubuh pakde yang hitam dan kekar berotot menindih tubuh istrku yang putih mulus seksy, keringat-keringat mereka saling bercucuran begitu manisnya, aku benar-benar dibuat terkagum-kagum.
Pakde terus menggenjot dan menggenjot dan ia ingin membuat istriku orgasme lagi, dipercepat tempo sodokannya di lubang vagina istriku. “ jleb jleb jleb jleb……….!!!!!!”
Semakin lama dan semakin lama kulihat mereka sebantar lagi akan orgasme….dan akhirnya gerakan pakde pun semakin lambat dan lambat dan akhirnya berhenti dan sedikit menghentakkan pantatnya di selangkanganan istriku sebanyak 8 kali karena dia memuntahkan air maninya di lubang vagina istriku.
Istriku sudah mengejan dan menikmati orgasme keduanya yang dahsyat bersama pakde, dipeluknya tubuh pakde yang masih menindih menungganginya itu sambil mereka berciuman dan saling melumat bibir begitu mesranya.
Sesaat kemudian mereka sedang mengobrol Dan aku tak tahu apa yang mereka obrolkan malah mereka tertawa begitu mesranya dan disambung dengan ciuman bibir dan lumatan lidah mereka yang cukup lama, dan kulihat barang gede pakde masih menancap kuat dan air maninya meleleh mengalir keluar dari vagina istriku banyak sekali, mungkin dia sudah lama tidak bersetubuh.
Mereka berciuman dengan mesranya, sambil pakde tetap menekan selangkangan istriku dengan paha-pahanya yang kuat seakan-akan tak mau melepaskannya. Ia sibuk menghisap, menjilat kedua payudara istriku dengan rakusnya dan istriku melingkarkan kedua tangannya tak mau melepaskan kepala pakde di atas tubuhnya.
Lama kelamaan nafsu pakde naik lagi, digenjot lagi istriku dengan semangat empat lima, lagi-lagi kulihat pemandangan dahsyat mereka terulang lagi, digoyang lagi istriku, diputar-putar,  kadang tubuh istriku disuruh nungging, miring sampai akhirnya kembali ke posisi keonvensional awal lagi, istriku benar-benar terpuaskan sekali oleh permainan pakde yang hari itu menyetubuhinya sampai 4 kali, dan akhirnya istriku terkapar tak berdaya dengan senyuman manisnya  akan kenikmatan dahsyat yang baru diraihnya bersama pakdenya sendiri.
Setelah mereka beristirahat, mandi, dan akhirnya tenaga mereka pulih lagi akhirnya akupun pulang ke rumah dan beberapa saat kemudian bude dan anakku pulang juga.
Kulihat pakde dan istriku duduk berdua sambil senyum-senyum menandakan mereka sudah puas dan lega, aku pura-pura tidak tau, dan aku juga mengkode pakdeku dengan jempol. Pakde ku nampak tersenyum dan sedikit sungkan sambil menghisap batang rokok dan menikmati kopi buatan istriku. 

bersambung......

main dengan abg mall

Bagi pembaca yang baru kali ini membaca ceritaku, ijinkan aku
memperkenalkan diri. Aku biasa dipanggil Wawan. Aku berumur
24 tahun dan saat ini masih berstatus mahasiswa di salah satu
PTS di Jakarta. Sebuah status yang ingin secepatnya
kutanggalkan, agar aku bisa segera menjadi sarjana. Tinggal
skripsi yang masih menghadang langkahku.

Seperti telah kuceritakan pada cerita-ceritaku terdahulu, aku
telah mempunyai bisnis sendiri, dimana hasilnya lebih dari
cukup utk membiayai kuliah dan hidupku di ibukota ini.
Termasuk tentunya untuk "biaya kenakalan laki-laki", hehe..
Siang itu aku sedang suntuk sehabis berjam-jam menghabiskan
waktu di depan notebook untuk mengerjakan salah satu proyek
dari klienku. Memang aku ingin secepatnya menyelesaikan
proyek ini, mengingat nilainya yang cukup besar.
Terbayang nikmatnya berlibur di Bali atau Lombok bila
nanti telah menerima pembayaran dari klienku ini.

Karena perut sudah keroncongan, aku segera mengambil
kunci mobilku dan pergi ke mal di daerah Jakarta Barat
untuk makan siang. Memang di kulkas kamar kostku
cuma tersisa sepotong pizza bekas semalam. Tiba
di mal tersebut, aku menuju KFC untuk makan siang.

Seperti biasa, sehabis makan siang aku cuci mata
melihat-lihat toko di mal tersebut. Setelah itu,
aku mampir di studio 21 yang terletak di lantai 3
mal itu untuk melihat-lihat film yang sedang diputar.
Memang rencananya kalau ada film yang bagus aku
ingin nonton untuk refreshing sebelum memulai
mengerjakan proyekku lagi nanti malam.

Saat memasuki lobby, setelah melewati lorong
yang dipergunakan untuk bermain video-game,
kulihat seorang gadis manis sedang duduk sendiri
sambil memainkan handphonenya. Aku seperti
merasakan "deja vu". Teringat olehku pengalaman
beberapa waktu lalu saat mau menggoda
seorang gadis sendirian di lobby studio 21,
yang ternyata membawa cowoknya. Tetapi
tak mengapa, aku sok nekat saja duduk
di sebelahnya sambil tersenyum. Dia juga
membalas tersenyum sambil kemudian
kembali sibuk dengan hpnya.

"Ren..lo ada dimana sih ? Cepetan dong
gue udah di lobby nih" katanya."Ya udah..
cepetan deh" ujarnya lagi."Sedang nunggu
pacar ya ?" tanyaku sok akrab"Nggak kok mas.
Teman." sahutnya singkat sambil tersenyum.
"Mas sendirian aja ?" tanyanya lebih lanjut
"Wah agresif juga nih cewek" pikirku.
"Iya sendirian aja. Mau nemenin? Jalan yuk
" tanyaku nakal."Mau ngajak kemana ?" tanyanya
"Jalan-jalan aja" sahutku.

Dia tersenyum lagi menambah manis wajahnya
yang berbibir tipis itu.Aku punya perasaan dia ini
ABG nakal yang sering nongkrong di mal-mal mencari mangsa.
"Oh ya, namanya siapa ?" tanyaku"Elis"
sahutnya sambil mengulurkan tangannya"Wawan" kataku
menyambut uluran tangannya. Kuperhatikan penampilan Elis,
gadis manis ini. Rambutnya sebahu dgn wajah yang manis.
Berpakaian kaos ketat dipadu celana jeans.
Buah dadanya tampak menonjol ranum di balik
kaos ketat yang dipakainya. Terbayang
nikmatnya bila aku bisa merasakan kenyalnya
buah dada ranum ABG manis ini."Nggak sekolah ?"
tanyaku lebih lanjut"Nggak sedang bolos.

Males sih..""Emang sekolah dimana ?"
Dia kemudian menyebutkan salah satu SMU Negeri
di wilayah Jakarta Barat."Hey..sori ya gue telat".
Tiba-tiba seorang gadis menyapa."Sialan lo..,
gue udah nunggu lama tau.." sahut Elis
pada sang gadis.Kulihat si gadis yang baru datang,
dan mataku terkagum-kagum melihat
penampilannya. Wajahnya sangat cantik,
dengan rambut panjang, mirip dengan Ratu Felissa
bintang sinetron remaja yang terkenal itu.
"Ren, ini kenalin teman gue" katanya mengenalkanku.

Kami segera berkenalan. Kemaluanku semakin berontak
saat jemarinya yang halus sedikit kuremas saat kami
berjabat tangan. Ternyata namanya Rena. Tanktopnya
yang seksi semakin menambah hot penampilannya.
Tetapi kulihat buah dadanya tidak sebesar
kepunyaan temannya. Akan tetapi kulit tubuhnya
yang putih mulus menyebar aroma seksual
yang tinggi."Mau kemana nih mas ? Kita makan
dulu aja yuk ?" ajak Elis.Akhirnya kami bertiga pergi
ke sebuah restoran fast food.

Saat kami berjalan, banyak cowok yang
memperhatikan tingkah laku kedua ABG ini dengan
pandangan bernafsu. Terutama kepada Rena yang
memang sangat cantik itu. Karena sudah makan,
aku hanya memesan minum saja untukku,
sementara mereka menikmati makan siangnya.
Sambil menikmati pesanan masing-masing,
kami berbincang-bincang. Kupancing-pancing mereka,
agar aku yakin mereka bisa kuajak check-in nanti.

Aku tidak mau kecele, setelah mengeluarkan uang
banyak untuk mereka ternyata mereka tidak bisa
dinikmati, hehe..Ingin segera aku merasakan
kehangatan dan kemulusan tubuh belia mereka.
Akan tetapi, ternyata tidak semudah itu. Banyak
proses yang harus dilalui, alias ada biaya yang
harus dikeluarkan terlebih dahulu. Sesudah
makan, mereka minta dibelikan pulsa HP,
terus belanja baju, dll. Tetapi tak apalah, pikirku.

Kebetulan baru minggu lalu aku menerima
pembayaran dari salah seorang klienku.
Memang kalau mau barang bagus ada harga
yang harus dibayar. Apalagi terbayang
nikmatnya apabila aku bisa menyetubuhi
kedua gadis ABG ini secara bersamaan.
"Yuk jalan. Pusing nih di mal terus" kataku
setelah mereka selesai berbelanja. Memang
aku sudah menentukan limit pengeluaran
bagi mereka. Disamping itu, aku sudah tidak
tahan ingin segera menikmati tubuh seksi Elis
dan wajah cantik Rena.Mereka akhirnya setuju
dan kami menuju tempat parkir. Kukebut
mobilku menuju hotel jam-jaman langgananku.

Singkat cerita, kami telah berada di dalam kamar hotel.
Tak menunggu lama lagi, langsung kuraih wajah cantik
Rena dan kulumat bibirnya. Leher dan pundaknya
yang putih mulus segera kucium dan kujilati.
Setelah itu, wajah manis Elis menjadi sasaranku.
Saat kuciumi bibirnya yang tipis, kuremas
buah dadanya dari balik kaosnya yang ketat.
"Buka dulu aja mas.." bisik Rena saat aku ...masih
sibuk menikmati menciumi dan meremasi
tubuh temannya."Bukain ya" kataku.Aku
menghentikan ciumanku pada wajah manis Elis,
dan mereka berdua kemudian melucuti pakaianku.

Tak lama aku telah berdiri hanya dengan
mengenakan celana dalam saja. Keadaan itu tidak
berlangsung lama, karena jemari lentik Rena
segera menarik celana dalamku. Kemaluanku yang
telah menegang segera berdiri dengan gagahnya
di depan kedua ABG ini. Mata mereka agak sedikit
kaget melihat ukuran kejantananku."Besar sekali mas.
Rena suka.." kata si ABG cantik sambil tangannya
mulai mengocok-ngocok penisku perlahan.

Sementara Elis tidak berkomentar, hanya bibirnya
yang tipis sedikit terbuka. Matanya memandang
kemaluanku dengan gemas. Mereka berdua telah
berjongkok di depanku.Rasa hangat segera
menjalari kemaluanku saat Rena mulai memasukkan
batang kejantananku ini ke dalam mulutnya yang mungil.

Kepalanya mulai dimaju mundurkan menikmati
kelelakianku. Kupandang ke bawah tampak wajah
cantik gadis ini dengan pipi yang sedikit menonjol
disesaki alat vitalku. Sementara Elis menciumi
dan menjilati pahaku menunggu giliran.Sesaat kemudian,
Rena mengeluarkan penisku dari mulutnya,
dan Elis langsung meraihnya dengan bernafsu.

Dijilatinya terlebih dahulu mulai dari kepala sampai
ke pangkal batangnya, dan perlahan dia mulai
menghisap kemaluanku. Terkadang gadis seksi ini
bergumam gemas saat menikmati kejantananku.
Aku tarik tubuh Rena sehingga dia berdiri di sebelahku.
Kemudian kembali dengan gemas kuciumi wajah cantiknya.

Rena dengan bergairah membalas pagutanku.
Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke puting
dadaku. Sementara kemaluanku masih menjejali
mulut Elis, temannya yang seksi.Wajah cantik Rena
yang sedang menjilati puting dadaku membuatku
semakin gemas ingin menyetubuhinya."Ayo buka pakaiannya
dong sayang.." kataku.Rena menurut. Dibukanya tanktop
dan BH yang dikenakannya. Tak ketinggalan juga celana jeans
ketatnya. Dia tampak semakin cantik dengan hanya memakai
celana dalam hitam berenda."Biarin aja Ren., kamu lebih seksi
pakai itu" kataku saat dia ingin membuka celana dalamnya.

Segera kutarik kembali Rena kedalam pelukanku.
Kujilati puting buah dadanya. Memang buah dadanya
tidak terlalu besar, tetapi bentuknya yang mencuat
dengan puting merah mudanya sangat merangsang
sekali."Ahh...ssstt..." erangan nikmat keluar dari mulut Rena. Erangan ini semakin keras terdengar saat jemariku mengusap-usap liang nikmatnya.
Desahan Rena diselingi dengan gumaman nafsu Elis yang
masih berjongkok menikmati kemaluanku.Jemariku
merasakan vagina Rena telah lembab oleh cairan nafsu.

Wajahnya yang sangat cantik tampak menggairahkan
saat dia mengerang-erang nikmat disetubuhi jemariku.
Puting payudaranya juga telah mengeras karena jilatan
lidahku. Ingin segera kusetubuhi ABG cantik ini.
"Sebentar ya Lis.."kataku sambil mencabut penisku
dari jepitan bibir tipis Elis. Setelah itu, kutarik Rena
menuju tempat tidur. Kusibakkan celana dalamnya,
dan kuarahkan penisku ke dalam liang nikmatnya.
"Pelan-pelan ya mas.." desahnya perlahan.

Kemaluanku mulai menerobos alat vital ABG
cantik ini. Erangannya semakin menjadi.
Tangannya tampak meremas sprei ranjang.
Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam.

"Ahhhh...ahhhh" desah gadis cantik ini saat aku
mulai menggenjot kelaminku di dalam alat vitalnya.
Karena sempitnya kelamin gadis cantik ini,
baru setelah beberapa kali genjotan penisku
berhasil menerobos lebih dalam, walau mungkin hanya
dua pertiga batang kemaluanku yang berhasil masuk.

Ranjang mulai mengeluarkan deritan-deritan seirama
goyangan tubuhku menikmati sempitnya liang
vagina Rena. Tubuh mulus Rena mengelinjang-gelinjang
merasakan hujaman penisku yang menyesaki
liang vagina gadis belia ini. Sementara Elis,
temannya yang seksi dengan bergairah menonton
adegan kami."Kamu buka juga dong Lis" kataku.

Elis kemudian membuka kaos ketatnya dan
celana jeansnya."Biarin aja pakaian dalamnya Lis.."
ujarku lagi saat dia ingin membuka BHnya.
Elis kemudian kuminta mendekat.Kuhentikan
hujaman penisku di kelamin Rena sejenak, dan
kuminta dia merubah posisi. Aku segera berbaring
di tempat tidur sementara si cantik Rena
menaiki tubuhku. Diarahkannya kembali kelaminku
ke dalam vaginanya."Ahhhh...." erangnya kembali
saat penisku menerobos liang nikmatnya.

Dia kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya
menikmati kejantananku. Kuraih wajah manis Elis
yang ada di sebelahku, dan kami langsung
berciuman dengan bergairah. Kuremas buah dadanya
yang besar, dan kuangkat daging kenyal ranum ini
sehingga keluar dari cup BHnya. Tampak luar
biasa seksi Elis saat itu, dengan wajahnya yang
manis dan kedua payudaranya yang
mencuat keluar. Puting susunya yang kecoklatan
segera menjadi santapanku."Sstttthhhh....sstttt"
erangnya saat kujilati dan dengan gemas kuhisapi
buah dadanya yang kenyal itu.Sementara Rena,
temannya yang cantik, masih
menggoyang-goyangkan tubuhnya yang mulus
di atas selangkanganku. Matanya terpejam dengan
wajah yang memerah menambah ayu wajah cantiknya.

Tanganku memilin-milin puting buah dadanya.
Sementara Elis mulai menjilati puting dadaku.
"Ahhhhh......" erang Rena panjang saat dia
mengalami orgasmenya. Tubuhnya mengejang
beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuhku.

Kuciumi pundaknya yang putih halus beberapa saat,
sebelum kugulingkan tubuhnya kesebelahku.
"Giliranmu Lis.." kataku. Elis langsung
menghentikan hisapannya pada puting dadaku,
dan dengan bergairah dia menggantikan
posisi Rena. Disibakkannya celana dalamnya,
dan diarahkannya kelaminku ke liang surganya.
"Ihhh..gede banget...iihhhh" desahnya saat penisku
menerobos vaginanya. Ranjang kembali berderit
keras saat dengan bernafsu Elis
menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmatiku.

Buah dadanya yang kenyal berguncang-guncang
menggemaskan saat ia menyetubuhiku.
Terkadang ...karena gemas, kutarik tubuhnya
agar aku bisa menghisapi puting payudaranya.
Bosan dengan posisi ini, kuminta Elis menungging
sambil memegang tepian bagian kepala ranjang.
Kusodokkan penisku kembali ke dalam bagian
tubuhnya yang paling vital, dan erangan Elis
kembali terdengar ditimpali dengan suara derit ranjang.
"Ihh..ihh.." desahnya saat kusetubuhi dia dari belakang.
Pantatnya yang montok terlihat sangat merangsang.
Sementara kulihat Rena tak berkedip
melihat temannya sedang disetubuhi
secara "doggy-style"."Sini Ren" panggilku.

Saat dia menghampiriku, langsung kembali
kuciumi wajahnya yang sangat cantik itu.
Sementara itu tanganku memegang pinggang Elis,
temannya, sambil sesekali menepuk-nepuk
pantatnya yang padat.

"Ihh..ihh.. Elis sampai mas...ihhhh.."
erang Elis saat mencapai orgasmenya.
Kulepaskan penisku dari dalam vaginanya.
Sementara itu, aku masih sibuk
melayani ciuman Rena. Penisku yang masih
tegang sehabis menikmati vagina temannya,
langsung diraih dan dikocok-kocoknya
perlahan.Sesaat kemudian kubalikkan
tubuh Elis, dan kunaiki tubuhnya.

Kujepitkan kemaluanku di antara
gunung kembarnya yang besar. Kugoyangkan
tubuhku menikmati kekenyalan buah dada Elis.
Sementara Rena menyodorkan payudaranya
ke mulutku untuk kunikmati.Rasa nikmat
yang luar biasa menjalari syaraf kemaluanku.

Aku merasa sudah tak tahan lagi membendung
orgasmeku. Kulepaskan pagutanku dari
buah dada Rena, dan semakin cepat kugoyangkan
tubuhku menikmati jepitan buah dada Elis.
Tak lama kemudian, aku menjerit nikmat
saat berejakulasi di buah dada ranumnya.

Setelah membersihkan diri, kami bertiga
tiduran sambil istirahat di atas ranjang.
Elis di sebelah kiriku dan Rena di sebelah kanan.
Aku masih telanjang, sementara mereka
hanya mengenakan celana dalam saja. Elis telah
melepas BHnya yang basah karena ejakulasiku.
"Mas mainnya hebat banget ..." kata Rena
sambil tersenyum manis."Iya..kita berdua
aja dibuat kewalahan..."sahut Elis sambil
mengusap-usap dadaku."Habis kalian
cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih" jawabku asal.

"Pasti ceweknya si mas puas banget ya Lis.."
kata Rena pada temannya."Yang gemesin ini
lho..gede banget ukurannya. Coba cowokku
segede ini.." kata Elis sambil mulai
mengusap-usap kemaluanku."Iya.Rahasianya
apa sih mas ? Biar nanti Rena kasih tahu
cowok Rena, supaya bisa bikin Rena puas..

" Tangannya yang halus juga mulai merabai
kemaluanku yang mulai menegang kembali.
"Mas, buat kenang-kenangan Rena video ya.."
ujar Rena tiba-tiba, sambil bangkit
mengambil HPnya."Jangan ah. Udah nggak usah"
tolakku."Ah..nggak apa mas. Habis mr.happy-nya
gemesin banget deh..Rena nggak
ambil mukanya kok.." sahutnya.

"Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho"
kataku."Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas.
Terus elo isepin Lis.. Ntar gantian" katanya
bak sutradara kawakan.Kuturuti kemauannya.
Aku bangkit dan berdiri di samping ranjang.
Elis kemudian berjongkok di depanku, dan
mulai menjilati kemaluanku."Rambut lo
Lis..jangan nutupin" kata Rena sambil mulai
merekam adegan itu.Kubantu Elis
menyibakkan rambutnya, dan dia mulai
mengulum kemaluanku. Kunikmati jepitan bibir
tipis Elis di batang kemaluanku. Tangannya yang
halus mengelus-elus buah zakarku.Rena merekam
adegan kami dengan antusias. Aku mengerang
nikmat, sambil tanganku membantu
menyibakkan rambut Elis yang sedang sibuk
menikmati kemaluanku. Cukup lama
gadis ABG seksi ini menyalurkan nafsunya.

Sementara tampak Rena sangat terangsang
melihat temannya menikmati penisku.
"Lis..gantian gue dong.." katanya
beberapa saat kemudian.Hpnya diserahkan
ke Elis, dan gantian Rena sekarang
yang berjongkok di depanku. Disibakkannya
rambutnya kesamping agar temannya dapat
merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya
perlahan seluruh batang kemaluanku.

Lubang kencingku digelitik dengan lidahnya,
kemudian mulutnya mulai mengulum
perlahan batang kemaluanku.
"Jangan pakai tangan Ren.." kata Elis yang sedang
merekam adegan kami.Rena kemudian
melepas tangannya yang memegang batang
kemaluanku, dan ia memaju mundurkan kepalanya
menikmati jejalan penisku di mulutnya.

Sesaat kemudian dia mengeluarkan kemaluanku
dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang
penisku, menjilatinya sambil bergumam gemas.
Kemudian dihisapnya kembali kemaluanku
dengan bernafsu.Mendapat perlakuan seperti
ini bergantian dari kedua gadis belia,
merasa tak lama lagi akan mencapai kepuasan.

"Arrghh.. hampir sampai nih.." erangku.
"Mas yang ambil ya.." kata Elis sambil menyerahkan
hp padaku. Dia kemudian berjongkok bersama
dengan Rena. Diambilnya penisku dari
mulut temannya dan dikocok-kocoknya.

Aku tak tahan lagi. Sambil merekam adegan,
aku berejakulasi membasahi wajah manis
kedua gadis ABG ini.Setelah beristirahat sejenak,
aku memesan minuman. Sambil menunggu
pesanan datang, aku meminta hp Rena.

Aku ingin memastikan wajahku tidak terlihat
beberapa lama di kamar hotel itu,
sebelum beranjak pulang menjelang malam.
Kuantar mereka kembali ke mal tempat
aku bertemu dengan mereka. Kuberi mereka
uang taksi secukupnya."Makasih ya Mas.
Sering-sering telpon kita ya.." ujar Rena
saat turun dari mobil."Ok, daaggh.." kataku
pada mereka berdua.Aku segera menjalankan
mobilku kembali menuju tempat kost.

Sehabis makan malam, aku melanjutkan
mengerjakan proyek dari klienku. Pikiranku telah
menjadi fresh kembali setelah
diservis oleh Rena dan Elis, ABG Mal yang cantik

istriku dan ayahku

Ayahku Dan Isteriku

Aku ingin menceritakan kisahku sendiri. Dalam forum ini, umumnya kaum prialah yang selingkuh dan mengkhianati kaum wanitanya. suami mengkhianati istrinya. tapi dalam kisahku ini justru istrikulah mengkhianatiku dengan berselingkuh dengan ayah kandungku sendiri.

Semua dimulai ketika aku sakit tipus dan harus dirawat di sebuah RS swasta di Semarang 2 tahun yang lalu.
Penyebabnya aku bekerja terlalu keras, demi mengejar promosi untuk diangkat sebagai kepala divisi pemasaran di perusahaanku. Syarat utamanya aku harus meningkatkan jumlah penjualanku bersama tim yang aku pimpin saat ini. Untuk informasi pembaca, jabatan kepala divisi pemasaran saat ini memang sedang kosong. sebelumnya atasanku yang menjabat sebagai kepala divisi pemasaran itu, sudah mengundurkan diri karena tidak kuat dalam menanggung beban kerja yang menggila.

Memang jadi kepala divisi pemasaran sangat berat beban kerjanya. Maklum, kami ini adalah salah satu ujung tombak maju-mundurnya perusahaan ini. Namun karena penghasilan dan bonusnya sangat besar, bisa mencapai 2 M/bulan, jadilah aku dan ketiga teman kerjaku yang bersaing untuk memperebutkan jabatan itu.
Di antara kami berempat, hanya aku saja yang prestasinya stabil. Penjualan pribadi dan penjualan timku selalu sesuai target bulanan yang ditetapkan manajemen pusat. Hanya saja kami harus berusaha lebih keras lagi, kalau ingin bisa menjadi juara perusahaan. Dalam hal ini tentu saja dengan diangkatnya aku sebagai kepala divisi pemasaran yang baru di perusahaanku. Sementara timku yang notabene bawahanku tentu saja akan meningkat bonus dan gajinya, jika menjadi juara perusahaan-gelar dari kompetisi tahunan dalam perusahaan kami, untuk tim pemasaran dengan prestasi penjualan terbaik selama setahun ke depan. Makanya kami bahu membahu agar bisa mencapai tujuan itu.

Hanya saja dalam berjuang di kompetisi ini, aku jadi melupakan hak-hak diriku sebagai seorang individu. Aku jarang berolahraga. Kalau sebelumnya aku rutin angkat beban di gym 3 kali seminggu, renang dan bersepeda 2 kali seminggu, kali ini aku hanya renang dan bersepeda saja. Itupun jarang kulakukan. Kalau sebelumnya aku rutin mengkonsumsi makanan bergizi yang disediakan istriku, sekarang aku justru makan seadanya, bahkan tak jarang makan makanan yang tak sehat alias junk food dan fast food.

Sudah begitu, waktu istirahatku juga berkurang drastis. Biasanya aku tidur 7-8 jam perhari, sekarang hanya 5-6 jam perhari. Akhir pekan yang dulu sering kupakai buat beristirahat, olahraga dan bersenang-senang bersama keluarga, kugunakan buat presentasi dan promosi kepada klien bersama timku. Lengkaplah persyaratanku untuk sakit, apalagi ditambah beban kerja yang begitu berat yang harus kutanggung sejak 2 bulan terakhir-saat aku dan timku memutuskan untuk menjadi dan menjuarai juara perusahaan.

Setelah berjuang selama 6 bulan, akhirnya aku harus menerima kenyataan. Aku jatuh sakit dan mau tidak mau harus dirawat di RS selama 4 bulan lamanya. Buyar sudah impianku untuk menjadi kepala divisi pemasaran. Namun kerugianku tidak sampai di situ saja. Hal yang lebih menyakitkan adalah ketika aku tahu justru di saat aku sakit, istriku memanfaatkannya untuk berselingkuh dengan ayahku sendiri.

Awalnya adalah hari senin itu. Ayah dan ibuku yang tinggal di kampung datang menengokku. Ayah dan ibuku memang jarang menengokku dan keluarga. Selain kampungnya jauh di Kalimantan sana, juga mereka punya kesibukan sendiri. Ibuku sibuk dengan pekerjaannya sebagai tukang jahit dan usaha warung kaki lima. Sedangkan ayahku sibuk dalam usaha serabutannya seperti biasa, tenaga keamanan kontrak, guru bela diri, makelar tanah, jual beli mobil, dan sebagainya.
Saat aku melihat keduanya, aku melihat betapa kontrasnya penampilan antara ayah dengan ibuku. Ibuku tampak begitu pucat dan ringkih, akibat penyakit TBC yang pernah beliau derita 6 tahun yang lalu. Kecantikan, kebugaran dan kemudaannya seakan sirna gara-gara digerogoti penyakit yang beliau derita selama 5 bulan itu.

Sebaliknya dari ayahku, justru kekagumanku yang timbul. Beliau masih tampak gagah dan sehat seperti dulu, saat bekerja sebagai ketua satuan pengamanan sebuah perusahaan tambang di Kalimantan. Tubuhnya yang tinggi itu tampak tegap, padat, dan berisi. Bahkan kurasa kegagahannya kini semakin kentara, terlihat dari tampilan tubuhnya yang semakin kokoh dan berisi dibandingkan sebelumnya. Kudengar dari ibu, beliau kini telah menjadi anggota sekaligus pelatih dari sebuah gym terkenal di kampung kami.

Ayah dan ibuku seperti biasanya menasehatiku macam-macam. Maklum dari dulu di antara lima bersaudara, dengan aku sebagai anak tertua, hanya akulah yang paling ambisius dalam hal karir dan prestasi. Makanya mereka tak heran kalau aku jatuh sakit dan harus dirawat di RS ini. Aku hanya bisa mengangguk-angguk saja, kebiasaan yang sama kalau aku salah dan terpojok sejak dulu.

Saat aku dinasehati macam-macam itulah, istriku datang. Dia tampak terkejut saat melihat kedua mertuanya datang menengokku tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Memang kali ini, ayah dan ibuku spontan tiba-tiba datang. Selain ingin menjengukku juga kangen dengan cucunya, anak lelakiku yang baru berusia 3 tahun itu. Salah satu cucu pertama mereka. Perlu diketahui pembaca, saat ini aku berusia 32 tahun, istriku 27 tahun, ayahku 56 tahun dan ibuku 53 tahun. Aku menikah di usia 25, istriku 20. Anak lelakiku lahir saat usiaku 27 tahun.

Istriku tampak senang sekaligus malu saat melihat kedua mertuanya hadir. Maklum sebagai seorang menantu yang baik, dia merasa harusnya dialah yang menyambut kedatangan mertuanya dengan baik. Termasuk menjemput kedatangan mereka di bandara 3 hari sebelumnya (mereka menginap di rumah adik ketigaku yang perempuan di Semarang ini-2 dari 5 anak mereka telah tinggal di Semarang. Sisanya tinggal di Makassar, Surabaya, dan Bandung). Namun orang tuaku segera menepisnya. Merekalah yang justru meminta maaf, merasa telah merepotkan kami dengan tidak memberitahu kedatangan mereka terhadapnya terlebih dahulu.

Terlepas dari itu, dari sinilah perselingkuhan itu bermula. Kesenangan istriku dengan kehadiran mertuanya, tidak sekedar kesenangan belaka dan biasa. Kesenangan sebagaimana hubungan mertua dan menantu seperti biasanya. Tapi kesenangan dengan maksud tertentu. Dengan tujuan tertentu pula. Tak lain tak bukan, ayah mertuanya sendiri. Lelaki yang saat itu tampak begitu macho dengan sosoknya yang jangkung dan kekar.

Ya, sudah sejak lama, istriku memang naksir kepada ayahku. Maklum, ayahku memang memiliki segalanya. Pribadi yang sangat simpatik; perhatian, humoris, lembut, matang dan bertanggung jawab. Wawasannya luas dan otaknya cerdas meskipun dia hanya lulusan STM di kampung kami. Ekonominya mapan, meskipun beliau tidak kaya.

Di atas semua itu tentu saja fisiknya yang menggiurkan. Dengan tingginya yang 182 cm, beliau memiliki bahu yang bidang, lengan yang kekar dengan sepasang bisep dan trisep yang tebal, dada yang membukit liat, perut yang rata dengan otot-ototnya yang kencang, punggung yang simetris, bagaikan huruf V, pinggang yang ramping, dan terakhir pantat dan pinggul yang terpahat indah.

Daya tarik ayahku masih ditambah raut wajahnya yang keras, barisan giginya yang putih dan rapi, kulit cokelatnya yang bersih, dagunya yang persegi, dan aroma parfumnya yang kental nuansa kemaskulinannya. Membuat wanita mana saja yang melihatnya akan terpesona.

Di lain pihak, aku tak kalah kagumnya dengan penampilan istriku pagi itu. Jelas sekali kalau istriku berdandan spesial saat ini. Busana yang dipakai istriku, sebuah gaun trendi berpotongan tank top, berbelahan dada rendah, dan celana jeans tiga perempat yang ketat, membuat tubuhnya yang molek itu tercetak jelas. Ya aku sendiri mengakui kalau istriku tampak ‘yummy’ sekali pagi ini.

Aku sendiri senang-senang saja melihat penampilan istriku yang tampak niat sekali itu. Apalagi saat aku melihat ke arah ayahku, terpancar ekspresi kekaguman yang sama dari raut wajahnya yang keras. Membuat hatiku bangga, mempunyai istri secantik dan sebohai itu. Hanya saja aku tidak menyangka bahwa kekaguman ayah terhadap istriku, tidak hanya sekedar kekaguman belaka. Kekaguman itu justru berakhir ke dalam suatu jalinan asmara terlarang antara keduanya.

Sebagai lelaki yang sudah lama makan asam garam kehidupan, ayahku langsung tahu jika seorang wanita menaruh ‘rasa’ terhadapnya. Terlihat dari gerak-geriknya selama ini. Cenderung cari-cari perhatian dengan bahasa tubuhnya. Entah itu dengan lirikan mata, senyuman, untaian kata-kata, lenggak-lenggok tubuh, dan terutama gaya berbusana yang sangat menggoda. Semua itu bisa beliau lihat dari tingkah laku istriku saat ini.

Entah berapa kali ayahku melihat lirikan istriku yang dia tujukan secara khusus ke arah dirinya. Kemudian senyumannya yang menggoda, yang dia tujukan ke sang mertua. Lenggak-lenggok tubuhnya yang disengaja, dengan cara yang sangat halus, dan lagi-lagi ditujukan hanya untuk dirinya. Terutama kata-katanya yang sangat mengundang birahi. Menyebut-nyebut tentang buah pisang yang dibawa ibuku, sambil diam-diam melirik ke wajahnya lalu ke arah selangkangannya.
Merasakan itu, ayahku tampak salah tingkah. Di satu sisi dia malu sekaligus takjub melihat kenekadan aksi provokasi sang menantu kepada dirinya. Beraninya wanita muda itu, komentarnya dalam hati. Terang-terangan menggodanya di depan suami dan ibu mertuanya sendiri. Seakan tak peduli aksinya akan tercium oleh kedua orang itu. Di sisi lain, ayahku merasa sangat senang dan gembira menyadari hal itu. Sebagai lelaki normal yang sudah lama tidak merasakan nikmatnya tubuh wanita, konsekuensi dari kesibukan kerja dan kondisi kesehatan istrinya yang tak mendukung, membuat gairah hidupnya yang semula beku kembali menghangat. Bagaikan api obor yang nyaris padam, lalu dituangkan minyak hingga kembali membara. Membuat aliran darahnya memanas di sekujur tubuhnya, di sepanjang urat nadinya. Terpicu gairah birahi yang sudah lama tak dia rasakan.

Tanpa sadar, batang kebanggaannya sedikit demi sedikit mulai mengeras, membentuk tonjolan dari balik celana jeans yang dikenakannya. Terangsang melihat keindahan tubuh Anna, istriku. Siapa yang menyangka maksud hati ingin menengok sang anak, justru berakhir ‘kepanasan’? Disodori pemandangan menggiurkan dari belahan dada, ketiak, dan bagian bawah tubuh sang menantu? Anna sendiri tak kalah takjubnya melihat ‘pengerasan’ itu. Tak pernah menyangka bahwa aksinya kali ini akan sukses besar!!! Bagaikan membangunkan seekor macan yang kelaparan, dengan sekerat daging zebra. Sangat mudah sekali…
Lihatlah tonjolan di selangkangan sang ayah mertua. Begitu menggiurkan bukan? Dari siluetnya saja, sudah pasti terbayang jelas ukuran maksimalnya. Pasti besar, panjang, dan keras. Mungkin juga bentuknya melengkung ke atas. Senjata lelaki yang sangat menggiurkan. Senjata lelaki yang selama ini dia selalu impi-impikan, setiap kali dia bermasturbasi ataupun digauli oleh sang suami.

Sebaliknya ayahku tak kalah liarnya menatapi belahan dada dan bagian bawah tubuh istriku. Payudaranya tampak begitu besar, ranum dan mengkal. pasti nikmat sekali kalau bisa menikmatinya… sedangkan pinggul dan pantatnya yang begitu bulat dan padat, tercetak jelas dari balik jeansnya yang ketat, menandakan wanita ini sangat pintar menjaga tubuhnya. Tak sekalipun ada tanda-tanda lemak di sana, tak seperti wanita-wanita seusianya. Dengan porsi tubuh yang cenderung tidak terjaga setelah melahirkan. Membuatnya penasaran. Seperti apakah rasanya jika miliknya dijepit lubang nikmat sang menantu itu?

Sisa hari itu, tidak lagi membuat ayah dan istriku konsentrasi lagi. Pikiran-pikiran kotor memenuhi kepala keduanya. Obyeknya tak lain adalah daya tarik seksual dari masing-masing tubuh lawan jenisnya. Bongkahan otot tubuh sang Adonis, mertua lelakinya, dan lekukan tubuh seorang dewi Yunani, milik sang menantu. Dari tatapan-tatapan mereka saat beradu pandang, keduanya memang sudah tak sabar untuk melanjutkan momen panas itu ke dalam aksi yang nyata, adegan panas yang mendebarkan.

Ayahku merasa perlu mencari siasat. Tak butuh waktu lama suatu ide cemerlang muncul di otaknya. Kemudian dengan suara baritonnya yang khas, ayahku meminta izin kepada kami, aku dan ibuku yang sedang asyik mengobrol, mau pergi sebentar. Alasannya mau membelikan oleh-oleh buat Vito, anakku yang baru berusia 3 tahun itu. Melihat itu, istriku spontan menawarinya untuk mengantarkan ayahku berbelanja oleh-oleh. Lalu tanpa banyak cakap, keduanya langsung menghilang dari situ.

Aku dan ibuku yang asyik mengobrol, tidak menyadari adanya tanda-tanda mencurigakan itu. Bahwa ayahku dan Anna asyik saling tebar pesona sejak tadi. Kami malah asyik mengobrol, menuntaskan kangen yang menyesak di dada. Tak kami perhatikan sama sekali bahwa ayah dan istriku justru menggunakan kesempatan ini untuk berselingkuh. Gairah libido yang menggebu-gebu, membuat segalanya harus dituntaskan. Alasan membeli oleh-oleh tak lebih dari sekedar alasan. Ayahku membawa Anna dengan mobilku ke sebuah motel terdekat.

Dalam perjalanan ke sana, tak lepas-lepasnya mereka saling menggoda. Saling memegang dan meremas. Yang pria meremasi paha dan pangkal selangkangan sang wanita. Sedangkan yang wanita memijit-mijit selangkangan sang pria, mencoba merangsang sang pria lebih jauh. Begitu sampai di motel terdekat, ayahku segera registrasi. Kemudian mereka segera menuju kamar yang telah dipesan, tak sabar untuk menuntaskan gairah seksual yang begitu menggebu di dalam diri.
Di dalam sana, mereka berlomba saling melucuti baju lawan bercintanya. Kemudian mereka saling bercumbu dengan liarnya, tak lupa sambil meraba, meremas dan mencakar. Begitu keduanya telah bugil, mereka segera naik ke tempat tidur. Mula-mula mereka mempraktikkan adegan 69, ayah menikmati kemaluan istriku dengan lidah dan jari-jarinya yang kasar, sedangkan istriku asyik mengulum senjata mertuanya sambil aktif mengocoknya. Mereka saling berlomba memberikan kepuasan. Hingga akhirnya istriku menjerit panjang, tanda orgasmenya sudah sampai.

Langsung saja tanpa banyak cakap, ayahku mulai menggauli istriku. Mula-mula dalam posisi konvensional, beliau menggauli istriku dengan menindihnya. Dada bidangnya menghimpit erat payudara istriku, sedangkan kedua kaki istriku yang mulus, menjepit pinggang rampingnya erat-erat. Sementara senjata ayah menggojlok lubang birahi istriku dengan tempo yang semakin cepat dan kasar, membuat Anna sampai di puncaknya yang kedua.
Tak puas sampai di situ, ayahku lalu merubah posisinya. Kali ini istriku yang berada berada di atas pangkuannya.

Mereka kembali bergoyang dan digoyang. Memompa dan dipompa. Sesekali ayah membenamkan wajahnya untuk menyusui payudara istriku yang menggiurkan itu, membuat empunya payudara teriak-teriak keenakan. Tak berapa lama kemudian, sampailah istriku di puncaknya yang ketiga.

Penasaran dengan keperkasaan sang mertua, yang sejak tadi belum juga keluar, padahal sudah dioralnya, dan mereka sudah bercinta dalam 2 posisi yang berbeda. Sudah dia praktikkan gaya bercinta andalannya, goyang ngebor dan ngecor yang dia tiru dari para penyanyi dangdut kampungan di layar kaca, memainkan ‘pisang tanduk’ sang mertua yang sejak tadi gencar keluar-masuk ke lubang surgawinya. Padahal kalau dia praktekkan kedua teknik itu bersama suaminya dan TTM-TTMnya yang lain, tak satupun dari lelaki-lelaki itu yang masih bertahan. Pasti mereka akan keluar semuanya. Tapi kali ini? Luar biasa… bahkan kedua teknik goyangnya hanya membuat mertuanya mendesis-desis keenakan saja!!!

Didorong dendam, segera diserangnya kembali batang senjata sang mertua yang masih mengacung tegak dengan perkasanya. Membuat ayahku kembali mendesis-desis keenakan. Sayangnya acara oral ini hanya sebentar. Rupanya ayahku masih penasaran dan haus akan kenikmatan. Dimintanya istriku untuk menungging. Lalu digaulinya kembali menantunya itu dalam gaya bercinta favoritnya, gaya anjing. Kembali keduanya terseret arus nikmat birahi, bermandikan peluh yang mengkilat, membasahi tubuh keduanya yang indah bagaikan tubuh para model kebugaran.

Tak lama, kembali istriku keluar lagi untuk yang keempat kalinya. 10 menit kemudian, ketika giliran ayahku yang mulai menampakkan tanda-tanda akan keluar, langsung beliau suruh istriku berganti posisi lagi. kali ini dia jepitkan batangnya diantara kedua belah gunung kembar istriku yang menggiurkan, dan mulai bergerak maju-mundur dibantu oleh istriku. Lalu setelah digosok-gosoknya beberapa saat, crot.crot.crot.crot… muntahlah cairan-cairan birahi lelaki tua itu di wajah, dagu, leher, dan payudara istriku. Ada sekitar 8 kali semburan cairan yang tampak kental dan hangat itu ke tubuh istriku.

Istriku terus mengocok senjata ayahku, mencoba memastikan tak ada satupun cairannya yang tertinggal di batangnya. Lalu diraihnya cairan-cairan birahi lelaki itu untuk dia sapukan ke wajah dan daerah sekitar payudaranya. Sisanya dia raih dan dia telan hingga habis cairan-cairan itu. Setelahnya, keduanya sama telentang bersama dan kelelahan, efek dari persetubuhan yang panas dan liar selama sejam lebih tadi.

Puas beristirahat, keduanya segera mandi dan berbenah, membersihkan diri mereka dari tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan. Keduanya balik kembali ke RS tepat jam 1 siang, dengan oleh-oleh di tangan. Meskipun sempat menimbulkan keheranan dari aku dan ibu, kenapa beli oleh-oleh bisa sampai lama sekali? Sekitar 3 jam-an dari pukul 10 pagi tadi? Dengan cekatan, ayahku menjelaskan dengan alasan yang meyakinkan bahwa oleh-oleh yang mereka cari susah didapat dan membuat keduanya harus keliling-keliling dari satu pasar ke pasar lain di Semarang untuk mencarinya. Suatu jawaban yang masuk akal dan spontan diaminkan istriku.

Ketika berpamitan dari RS, aku sempat keheranan. Ketika mataku melihat ke arah belahan gaunnya yang rendah di bagian dada, payudara istriku yang putih itu, tampak agak kemerahan dan ada bekas-bekas seperti gigitan di sana? Berbeda sekali warnanya jika dibandingkan saat dia datang pertama kali ke sini pagi tadi. Namun rasa sakit yang menyerang kepalaku membuatku enggan berpikir lebih jauh.

Malamnya, ayahku datang kembali menjengukku di RS. Bedanya kali ini beliau hanya berdua saja dengan istriku. Ketika kutanyakan ke mana ibu dan Vito, nama anakku, istriku menjawab bahwa ibuku asyik bermain dengannya. Saat ini keduanya ada di rumah, asyik bermain bersama.

Entah kenapa perasaanku menjadi tidak enak malam itu. Menyaksikan ayah dan istriku berduaan bagaikan sepasang kekasih. Tidak, lebih tepatnya bagaikan sepasang suami-istri. Ayahku tampak gagah dengan kemeja kaus putih dan jins hitam yang mencetak jelas tubuhnya yang berotot, sedangkan istriku tampil dengan gaun malam ungu yang seksi, dengan model tank-top seperti tadi pagi, tetapi tanpa celana jinsnya. Seakan-akan ingin memamerkan keindahan payudara, ketiak, paha dan betisnya, yang putih dan mulus.

Mereka tidak lama menengokku. Hanya 30 menit mereka di sini, lalu keduanya segera berpamitan. Saat itulah, aku segera tersengat atas ingatan tadi siang. Melihat kedua sejoli itu keluar dari ruangan tempatku dirawat. Betapa bodohnya aku. Ya payudara istriku tadi siang, tak lain dan tak bukan ulah ayahku sendiri. Beliaulah yang membuat warnanya berubah sedemikian rupa. Mungkin dalam suatu pergumulan yang panas dan liar. Di sebuah hotel atau motel terdekat RS ini. Bukan tidak mungkin mereka akan melakukannya kembali malam ini, seperti tadi siang…..

Siaaaalllll!!!

Begitulah kisah perselingkuhan antara ayah kandungku dengan Anna, istriku, yang sayangnya masih berlangsung hingga saat ini, dan edannya, aku malah justru menikmatinya……